Waingapu.Com – Keberadaan koloni besar belalang kembara atau Locusta Migratoria membuat suasana berbeda pada landasan pacu Bandara Umbu Mehang Kunda (UMK), Kabupaten Sumba Timur (Sumtim) – NTT, Rabu (15/07) pagi hingga jelang siang hari lalu. Serangga yang juga kanibal itu tak hanya beterbangan mengusik jarak pandang, juga menjejali landas pacu.
“Tentunya kita lihat intensitasnya, apakah intensitasnya sampai membahayakan aktifitas penerbangan atau tidak. Kalau sampai menduduki areal runway tentu akan ada penundaan penerbangan,” tandas Hariyanto, Kepala Bandara UMK kepada wartawan di ruang kerjanya.
Koloni besar belalang yang masuk kategori dewasa dan mulai memiliki daya jelajah tinggi itu, apalagi jika didukung dengan arah angin, bukan tidak mungkin akan menjadikan kawasan bandara UMK sebagai kawasan potensial untuk di singgahi. Pasalnya, selain punya hamparan luas, rerumputan di area ini masih tergolong lebih segar dari rerumputan pada hamparan sabana di kawasan lainnya.
Jika nantinya keberadaan ‘Si Kembara’ ini kian mengkuatirkan, Hariyanto mengaku akan menempuh langkah prosedural. “Bilamana meningkat tentu kita akan terbitkan attemp yang mana untuk diberitahukan ke pilotnya untuk menayakan apakah aman untuk take off pesawat itu sendiri,” imbuh Hariyanto.
Terkait keberadaan belalang kembara di kawasan bandara, Johanis, salah satu warga yang ditemui di sekitar bandara, kala hendak menjemput kerabatnya yang tiba dari Kupang mengkuatirkan aktifitas penebangan ke depannya yang berpotensi terganggu. Kekuatiran yang disebutnya merujuk pada peristiwa tahun 2017 silam.
“Kuatir saja bos eee, ingat yang tahun 2017 lalu, kalau tidak salah bulan – bulan begini sudah, pesawat macam berat mau turun dan pada saat sudah turun dan mau terbang gagal terus jadi sempat tertunda, habis belalang banyak di landasan, dan pesawatnya mesin jet bukan macam yang hari ini, pesawat baling – baling,” urainya.
Adapun data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumtim menyebutkan, hingga kini delapan kecamatan telah melaporkan adanya koloni besar belalang. “Sementara memang masih delapan kecamatan. Dan koloninya rtersebar pada 1400 titik atau spot yang terpantau oleh petugas,” ungkap Oktavianus Mbaku Muku, Pelaksana Tugas Kadistan TPH setempat, ketika dihubungi wartawan via telepon selularnya, Rabu (15/07) siang lalu. (ion-ped)