Waingapu.Com – Menyongsong perayaan HUT NTT Ke-61 juga HUT Slank Ke-36, para Slankers dan Slanky yang teergabung dalam Slank Fans Club (SFC) Sumba Timur (Sumtim) menggelar event Parade Musik di Taman Sandalwood, Minggu (15/12) petang hingga jelang dinihari silam. Banyak moment yang mewarnai kegiatan ini sedari awal. Sebagai media partner, Waingapu.Com merekam beberapa moment yang akan sangat sulit terlupakan dari benak para Slankers dan Slanky khususnya yang terlibat aktif sebagai panitia.
“Ini kerja persiapan mau empat bulan, tapi hanya dalam sehari dan itupun hanya beberapa jam saja, kerja ini harus dituntaskan. Dan syukur, kini telah selesai, beban kita telah usai, saatnya kita rehat sejenak,” ungkap spontan Fathullah Algadrie, Sekretaris SFC sekira pukul 02:00 WITA, di Base Camp begitu sekeratariat biasa disebutkan oleh para Slanker dan Slanky.
Ungkapan yang berdasarkan pada suasana hati yang murni, tidak mengada-ada itu diaminkan oleh seluruh panitia yang kala itu hadir, sembari terus menyantap nasi kuning bungkus, yang dibeli dari warung pinggiran, di bilangan Manubara, Kelurahan Kemala Putih. “Jujur saja Paket (sapaan untuk ketua SFC, – red) waktu mati lampu, saya langsung jalan menepi menjauh dari keramaian di sekitar tenda dan panggung. Saya merasa bersalah sekali karena tidak menjalankan arahan Paket untuk menyiapkan genset untuk antisipasi.Saat listrik kembali nyala, spirit saya juga ikutan nyala. Baru kemudian saya kumpilkan energi saya untuk bertemu dengan Paket dan rekan-rekan semua,” urai Indra Soesanto, ketua Panitia Parade.
Ragam eksperesi dan apresiasi yang tercipta pra dan pasca parade, menjadi sesuatu yang tak bisa dihindari.Dan justru memperkaya atau menjadikan gelaran itu penuh dinamika. Terik mentari dikala siang hari, yang seakan menguras energi yang tergambar dari keringat yang tak jua berhenti mengucur dari sejumlah anggota SFC, menggambarkan betapa totalitas dalam balutan keterbatasan, menjadikan acara itu hanya bagai tinggal menghitung jam, menit dan detik menuju kesuksesan. Optimime yang terus menggelora seiring syair dan nada ‘National Anthem’ – Indonesia Raya – yang dilanjutkan Mars Slankers divocalkan oleh Lody.
Namun, realita berkata lain, tantangan tak jua sirna. Penulis yang menjadi penanggung jawab, motivator dan juga ketua SFC, berupaya meyakinkan, memelihara spirit para anggota SFC. Tak hanya itu, para personil Band – Band yang telah bersiap untuk tampil, namun tersulut pesimisme kala hujan turun, dan kemudian dibarengi dengan matinya aliran listrik, kala acara baru berjalan kurang lebih 30 persen dari rancangan yang dibuat, juga berupaya ditenangkan penulis bareng sekretaris SFC.
Yaa hujan kala itu turun, sekira empat puluh menit pasca acara itu dimulai dan dibuka dengan resmi oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Sumtim, Domu Warandoy. Diawali rintik yang membunyikan terpal atap tenda, kemudian kian deras, dan mengiring pamitnya Sekda yang sebelumnya berencana untuk lebih lama bersama para Slanerks dan Salnky juga warga yang hadir kala itu.
Siraman air yang tercurah dari singgasana penguasa langit kian deras, seiring berakhirnya lantunan syair, Yanto Kalikit Bara, musisi etnis jalanan, yang serius melafalkan syair-syair ungkapan hatinya, dengan iringan petikan empat senar jungganya. Pria bermarga Luku Walu, asal desa Matawai Maringu itupun hanya bisa berceloteh di bawah panggung. “Bagaimana sudah Umbu, saya bukan mau panggil hujan tapi, tapi habis saya menyanyi hujan turun. Biar sudah Umbu, saya cukup satu lagu saja. Nanti pasti ada kesempatan, biar sudah, ini hujan juga berkatkan Umbu,” tukasnya disisi penulis, yang duduk dibawah tenda soundman/mixerman.
“Nanti kita cari waktu yang pas, kita rekam dengan kamera yang bagus, dan nanti kita upload di you tube ee. Sabar saja, nanti pakai juga kalambung hinggi eee, saat rekaman. Saya dengan pak sekretaris nanti yang tanggung jawab untuk merekam,” ungkap penulis memelihara asa Yanto Kalikit Bara, yang sontak disambut anggukan kepala dan senyum tulusnya, sembari langsung memetik jungganya.
Rentetan lagu-lagu pilihan dari Band Slank, dibawakan apik secara ‘estafet’ oleh Band-Band pengisi acara, pasca listrik kembali nyala, menerangi spirit yang sempat temaram dari panitia juga pengisi acara. Hentakan kaki dan lentingan stik drum kala bertemu bass, cymbal dan senar drum Roy and Radyth, petikan lincah jemari si kidal Brot alias Ari memainkan melody, jemari menari diatas senar dari Adi Kidang, Perez, Rumba dan juga Indra, para gitaris yang selalu siaga untuk berpindah posisi, baik sebagai bassist, rithym, melody.
Tak hanya sampai di sini, harmony para musisi berhati tulus itu, kian menggelora seiring lantunan lagu Soo Good Bye, dengan vocal mellow khas Iyeck, dan dentumam drum gebukan Rambu. Dan dituntaskan dengan lentingan suara khas ngerock Dennis Adrian, dengan lirik dan nada ‘Sumba Humba’, setelah sebelumnya Josephira Band dengan vocal Ari membawakan Lembah baliem. Yang layak pula diberi apresiasi keberanian plus cueknya Narmy dan Lhia, duo Slanky, duet bendahara, menambah kayanya perbendaharaan style dan lagu-lagu kala itu yang dipungkasi oleh ‘Kamu Harus Pulang” oleh Lody, SKY dan para vocalist dadakan.
Mengutip pesan Ketua Panitia, yang meneruskan pesan Ketua SFC, agar hal buruk jangan dibawa pulang, karena akan ‘Terlalu Pahit Untuk Dikenang’ dan Membawa pulang hal positif dan bermanfaat karena akan menjadi realita yang ‘Terlalu Manis Untuk Dilupakan’ mengingatkan para Slankers dan Salnky, juga para pecinta PLUR (Peace, Love, Unity, Respect) yang memang harus pulann, untukk nanti kembali dengan spirit dan optimisme yang tetap teguh, dengan tetap menyandarkan segala rencana kepada Sang Maha Kasih.
Acara kemudian diwarnai dengan peniupan lilin Ulang Tahun, buat tiga Slankers masing Bud-Bud, Dharta Blues, dan Indra S. Dan sudah menjadi kelaziman, Slanker dan Slanky selepas kegiatan akan langsung memungut sampah dan menempatkan pada posisi semestinya. SFC teruslah merawat solidaritas, menyalakan optimisme. (dion umbu ana lodu)