Waingapu.Com – Proyek dengan anggaran atau dana miliaran rupiah terus bergulir pelaksanaannya di Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), NTT. Bahkan sebagiannya telah
usai pelaksanaannya. Yang pasti, aneka proyek itu dalam operasional dan mobilisasi berbagai peralatannya tentu gunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) baik itu solar maupun premium. Namun apakah BBM yang digunakan adalah BBM non subsidi ataukah BBM bersubsidi? Pihak Depo Pertamina Waingapu enggan memberikan keterangan kala dikonfirmasi awak media, sementara Bagian Ekonomi Sekretariat Daerah (Setda) Sumtim mengaku telah berupaya memberikan himbauan.
“Sebatas himbauan yang kami lakukan selama ini. Bahwa untuk mereka jangan lagi menggunakan BBM subsidi, sebatas itu saja yang bisa kami lakukan. Saya sendiri juga bingung mereka dapat dari mana itu BBM untuk laksanakan proyek, sementara di APMS sana BBMnya tidak cepat habis,” jelas Umbu Maramba Memang, Kabag. Ekonomi Setda Sumtim, kepada wartawan yang menermuinya beberapa pekan lalu, seraya membenarkan bahwa dalam RAB ataupun penawaran perusahaan kala mengikuti tender itu selalu mencantumkan harga BBM non Subsidi.
Adapun data yang diperoleh dari Bagian Ekonomi Setda. Sumtim. menunjukan bahwasanya tidak semua kontraktor dalam menjalankan aktifitas proyeknya membeli dan menggunakan BBM industri. Segelintir saja kontraktor yang lazim mengerjakan proyek bernilai miliaran rupiah yang membeli dan menggunakan BBM non subsidi dengan cara menebusnya langsung dari Depo Pertamina Waingapu. Diantaranya PT.Teratai yang hingga pertengahan September 2015 menggunakan 13 kiloliter BBM non Subsidi.
Sementara kontraktor lainnya seperti PT.Erom yang berkolaborasi dengan PT.Alam Flores yang ditahun ini mengerjakan proyek dengan totalan belasan miliar rupiah, ternyata sesuai data yang didapat dari Bagian Ekonomi Setda, hingga pertengahan September 2016, tidak sekalipun melakukan order atau menebus BBM non Subsidi ke Depo Pertamina Waingapu.
Terkait hal itu, Hengky Ezar, Direktur PT.Erom, ketika dikonfirmasi wartawan beberapa pekan lalu, menjanjikan waktu untuk memberikan keterangan pers dan data Perusahaannya dalam hal penggunaan BBM. Namun janji itu tak jua terealisir hingga berita ini dipublikasikan.
Waktu terus bergulir, sepi dan lengangnya Agen Penyalur Minyak dan Solar (APMS) tetap menjadi pemandangan yang berkelanjutan. Depo Pertamina Waingapu yang enggan memberikan konfirmasinya adalah realita yang seiring dengan realita lahirnya sinyalemen BBM bersubsidi ‘dimanfaatkan’ tidak oleh pihak yang berhak memanfaatkannya.
“Bisa hitung dengan jari dalam sebulan ada truk punya kontraktor dan pengusaha yang datang isi di sini. Padahal yang saya tahu, APMS ini khusus menjual dan menyediakan BBM untuk industri. Bahkan di musim proyek seperti sekarang ini, tronton saja tidak pernah datang isi BBM di sini, tapi beberapa kali saya lihat tronton yang muat alat berat lewat disini,” jelas Eki Bulu, operator dan pengawas APMS Kanatang, seraya menambahkan APMS tempatnya bekerja menyediakan BBM jenis solar untuk non subsidi dan bensin atau premium bersubsidi.(ion)