Infeksi malaria sampai saat ini masih merupakan masalah klinik di Negara-negara berkembang terutama Negara yang beriklim tropis, termasuk Indonesia. Di Indonesia penyakit malaria masih merupakan penyakit infeksi utama dikawasan Indonesia bagian timur. Infeksi ini dapat menyerang semua masyarakat, temasuk golongan yang paling rentan seperti wanita hamil.
Wanita hamil lebih mudah terinfeksi malaria dibandingkan dengan populasi umumnya, selain mudah terinfeksi wanita hamil juga menderita mudah terjadi infeksi yang berulang dan komplikasi berat yang mengakibatkan kematian. Malaria merupakan infeksi parasit yang disebabkan oleh empat spesies plasmodium yang mengenai manusia, vivax, ovale, malariae dan falciparum. Plasmodium falciparum yang paling mematikan. Penularannya melalui nyamuk Anopheles betina, oleh sebab itu ada beberapa faktor yang berperan terhadap perkembangan nyamuk, seperti suhu udara, kelembaban, serta musim hujan yang berpengaruh terhadap insiden malaria.
Kasus malaria pada 2021 turun 58,2% dibandingkan pada tahun sebelumnya mencapai 226.364 kasus. Jika dilihat trennya, sejak 2018 kasus malaria yang terjadi di Indonesia cenderung menurun. Meskipun demikian, kasus malaria sempat meningkat pada 2019 mencapai 250.628 kasus. Kemudian, kasusnya menurun pada 2020 dan kembali menurun pada 2021. Kasus malaria tertinggi masih terkonsentrasi di Indonesia bagian timur. Papua menjadi provinsi dengan kasus malaria tertinggi di Tanah Air, yakni mencapai 86.022 kasus hingga saat ini. Proporsi kasus malaria yang terjadi di provinsi tersebut mencapai 90,9% dari total. Kemudian, disusul oleh Nusa Tenggara Timur dengan kasus malaria mencapai 2.393 kasus (2,5%). Setelahnya ada Papua Barat dengan kasus malaria sebanyak 1.841 kasus (1,94%).
Malaria ditularkan ketika nyamuk yang mengandung plasmodium menghisap darah manusia sehingga terjadi perpindahan sporozoit plasmodium dari air ludah nyamuk ke jaringan kapiler darah manusia. Dalam beberapa jam parasit akan berpindah ke hati dimana selanjutnya mengalami siklus dan replikasi sebelum dilepaskan kembali kedalam darah manusia.
Periode inkubasi dimulai dari terjadinya gigitan nyamuk sampai munculnya gejala, biasanya 7 sampai 30 hari. Gejala yang terjadi demam, sakit kepala, mual, muntah dan mialgia. Bersamaan dengan terjadinya siklus parasitemia didalam darah penderita akan sering mengalami gejala setiap 2 atau 3 hari sekali, tergantung pada jenis plasmodium yang menginfeksi.
Berbagai komplikasi dapat ditimbulkan oleh infeksi malaria. Anemia sangat sering terjadi bahkan di daerah endemic sekalipun. Aborsi dan kelahiran prematur dapat terjadi pada wanita yang tidak mempunyai immunitas , pertumbuhan intrauterin yang berkurang, malaria kongenital dan kematian perinatal.
Adapun hal – hal yang dapat timbul pada ibu hamil dengan malaria :
Anemia
Prevalensi anemia sangat tinggi antara minggu 16 dan 28 minggu masa kehamilan disertai dengan puncak terjadinya parasitemia. Wanita hamil yang non-immun akan mengalami anemia yang signifikan pada infeksi malaria karena pecahnya eritrosit. Anemia berat mempunyai risiko lebih tinggi terhadap morbiditas seperti gagal jantung kongestif, kematianjanin dan bahkan kematian akibat perdarahan saat melahirkan.
Edema pulmonum
Edema paru akut merupakan komplikasi yang paling sering dijumpai pada malaria dengan kehamilan trimester kedua dan ketiga.
Hipoglikemi
Hipoglikemia merupakan komplikasi yang sering dijumpai pada wanita hamil. hipoglikemia akibat malaria pada wanita hamil terjadi karena beberapa hal antara lain; ada perubahan metabolisme karbohidrat pada trimester akhir kehamilan, kebutuhan glukosa dari eritrosit yang terinfeksi lebih tinggi. peningkatan fungsi sel beta pankreas, peningkatan sekresi adrenalin dan disfunsi susunan saraf pusat.
Bayi Lahir Mati
Malaria berkaitan dengan meningkatnya risiko bayi lahir mati. Sampai saat ini data yang menjelaskan mekanisme yang tepat dari kematian janin masih kurang. Ada beberapa faktor risiko.kematian bayi, pada primigravida rata-rata lebih dari 10 % pada daerah endemik malaria di pedesaan Gambia, pada multigravida rata-rata berkisar antara 0,9 %- 6,9 % di daerah endemik malaria. Faktor lain yang berhubungan adalah hiperpireksia, anemia berat, parasitemia plasenta serta hiperglikemia. Apabila infeksi plasenta terjadi pada awal gestasi aborsi spontan bisa terjadi.
Berat Badan Lahir Rendah
Prevalensi berat badan lahir rendah pada bayi di daerah endemik malaria berkisar antara 15 %-30 %. Komplikasi maternal infeksi plasmodium seperti anemia juga berkaitan dengan berat badan lahir rendah. Masalah alamiah yang multifaktor dan kesulitan penilaianusia gestasi yang akurat mempersulit untuk menentukan pengaruh langsung malaria terhadap berat badan lahir. Prevalensi berat badan lahir rendah berkisar 15 % dari total populasi, namun pada wanita yang tidak memiliki faktor tersebut berat badan bayi lahir rendah hanya 6,4%, namun jika sirkulasi parasit dan lesi plasenta didapat pada saat lahir, persentase berat badan lahir rendah 25,9 % dan naik menjadi 29,2 % apabila didapat anemia maternal. Secara teoritis penjelasan mengenai kaitan infeksi dan abnormalitas pertumbuhan janin adalah akibat kerusakan plasenta.
Infeksi malaria menyebabkan penipisan membrane dasar trofoblas. Sinusoid plasenta tertutup oleh pengumpalan eritrosit yang mengandung parasit, ini bersamaan dengan penumpukan makrofag intervillus dan deposit fibrin perivillus yang diduga sebagai penyebab obstruksi mikrosirkulasi dan penurunan aliran nutrisi terhadap janin.
Malaria Kongenital
Malaria kongenital di definisikan sebagai malaria klinis dengan parasitemia perifer yang dijumpai dalam dua minggu setelah melahirkan. Infeksi ini mungkin didapat oleh janin sewaktu hamil (kongenital) atau semasa perinatal. Insiden malaria kongenital pada janin dari ibu yang imun didaerah endemic ialah 0,3 %, dibandingkan dengan ibu yang non-imun didaerah yang sama yaitu 1-10 %.. Bayi baru lahir bisa disertai dengan demam, irritable, tidak mau menyusui, hepato-splenomegali, anemia dan kekuningan. Diagnosis dapat dikonfirmasikan dengan melakukan apusan dari darah plasenta ataupun tusukan pada tumit, yang dilakukan dalam satu minggu setelah melahirkan.
Malaria Serebral
Malaria serebral merupakan ensefalopati semetrik pada infeksi P,falciparum dan memiliki mortalitas 20%-50%. keadaan malaria serebral antara lain di sebabkan oleh rusaknya pembuluh darah otak akibat kekurangan deformabilitas eritrosit yang terinfeksi parasit dan terjadinya adhesi eritrosit yang mengandung di endotel vaskuler yang menimbulkan peningkatan permeabilitas sehingga menimbulkan perubahan sawar darah otak dan udem.
Diagnosis malaria mungkin bisa menyulitkan. Diagnosis klinis berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit. Malaria harus dicurigai terhadap setiap pasien demam yang tinggal atau pernah bepergian ke daerah endemik malaria. Di daerah endemik pedesaan banyaknya angka kejadian infeksi asimptomatik dan keterbatasan sumber daya menyebabkan fasilitas kesehatan di perifer melakukan terapi presumtif (bersifat dugaan) dalam menangani infeksi malaria. Penderita yang demam tanpa diketahui secara pasti penyebabnya diduga menderita malaria yang kemudian diterapi tanpa konfirmasi laboratorium. Dan ingat segeralah untuk pergi ke fasilitas Kesehatan terdekat jika kita mengalami gejala malaria seperti yang dijelaskan sebelumnya, agar mendapat penanganan yang tepat dan cepat. Terimakasih
Penulis: dr. Arlando Martino Anapaku