Orphin & Lapse, Ogah Kerja Di Malaysia, Ingin Kerja Di Borneo & Bali

oleh
oleh
TKW Sumba Timur

Waingapu.Com – Lebih dari dua pekan silam, pemberitaan media masa seputar penggerebekan sebuah rumah penampungan calon Tenaga Kerja Wanita (TKW) menyentak khalayak. Termasuk warga Sumba Timur (Sumtim), NTT, tentunya. Betapa tidak, puluhan perempuan yang masih tergolong muda belia, diamankan aparat dari sebuah rumah di bilangan Kelapa Lima, Kota Kupang, yang kemudian diketahui disewa untuk penampungan calon TKW rekrutan PJTKI PT. Bukit Mayak Asri. Beberapa diantaranya ternyata berasal dari Sumtim. Adalah Orphin Tatu Ridja dan Lapse Doritha Maramba Meha, dua orang diantara calon TKW asal Sumtim yang diamankan aparat Polresta Kupang dan Polda NTT.

Kepiluan Oprhin dan Lapse serta sejumlah rekannya, seakan luruh oleh senyuman mereka, ketika Selasa (23/07) siang lalu, tiba kembali di Sumtim. Pesawat Wings air mendarat di Bandara Umbu Mehang Kunda untuk mengantar mereka kembali ke bumi Matawai Amahu. Kedatangan mereka diantar oleh utusan Polda NTT dan disambut sukacita serta haru Umbu Hapu Mbeju, Kepala Dinas (Kadis) Transmigrasi dan Tenaga Kerja (Transnaker) Sumtim beserta jajarannya.

Baca Juga:  Kasus Pengiriman Ternak Betina di Sumba Timur, Kinerja Balai Karantina Waingapu jadi Sorotan Utama
TKW Sumba Timur

Sukacita Orphin dan Lapse Cs, kian mengental seiring janji dan dilanjutkan dengan realisasi dari Umbu Hapu Mbeju, yang akan mengantar langsung ke delapan calon TKW itu kembali ke desa dan keluarga masing-masing. Lapse yang diserahi kepercayaan oleh rekan-rekannya untuk mengungkapkan isi hatinya di ruang SPK Polres Sumtim. Pasca mendapatkan arahan dan motivasi dari Sekretaris Umum (Sekum) Sinode Gereja Kristen Sumba (GKS), Pendeta Marlin Lomi dan juga GMKI Cabang Waingapu yang diwakili oleh bendaharanya, Diki Warandoi, juga Kasat. Reskrim Polres, Iptu. Gama Anandyaguna, Lapse mengungkap rasa jera, penyesalan dan juga permohonan maaf.

TKW Sumba Timur

“Saya mohon maaf jika yang lalu pernah tipu Pak Kadis saat rekom, semua itu kami lakukan karena ada tekanan dari perekrut. Yang lalu itu pak Kadis sebenarnya sudah ingatkan kami untuk bicara jujur, pak Kadis bilang jangan karena mengejar uang kamu tipu-tipu. Nanti kalau kemudian hari ada persoalan bukan kamu saja yang susah tapi buat susah banyak orang, termasuk pemerintah Sumba Timur. Saya dan kami semua tobat sudah mau jadi TKW,” ungkapnya di ruang SPK, Selasa (23/07) lalu.

Baca Juga:  Serangan Belalang Kembara Resahkan Warga Kangeli, Diduga Eksodus Dari Sumba Tengah

Dihari yang sama namun dalam kesempatan terpisah, ungkapan rasa jera juga kembali disampaikan oleh Lapse dan Orphin kala diwawancarai media ini di depan Kantor Distranaker beberapa saat sebelum diantar ke desa dan keluarga masing-masing oleh tim yang dipimpin langsung Umbu Hapu Mbeju.

“Saya tobat sudah urusan dengan Perekrut atau yang ajak jadi TKW diluar negeri. Saya mau kerja di Bali saja nanti,” tandas Lapse yang berasal dari Desa Lai Hau, Kecamatan Lewa itu.

“Saya juga tidak mau jadi TKW di luar negeri, saya mau kerja di Kalimantan saja nanti,” timpal Orphin yang berasal dari desa Kakaha, Kecamatan Ngadu Ngala itu. Kala ditimpali dengan fakta bahwasanya Pulau Borneo (Kalimantan) juga merupakan jalur pengiriman calon TKI dan TKW non prosedural, Orphin sontak kembali menggelengkan kepala untuk menyatakan keengganannya.

Keduanyapun mengungkap dalil klasik yang membuat mereka tergiur untuk menjadi calon TKW di luar negeri. Keduanya yang mengaku masih berusia 19 dan 20 tahun itu, namun kemudian dikatrol dan dipalsukan datanya oleh perekrut menjadi berumur 21 dan 22 tahun itu, berniat untuk meningkatkan taraf hidup dan ekonomi diri serta keluarganya.

Baca Juga:  Ketua DPRD Sumtim: “Camat Yang Suka Mabuk, Mana Bisa Jadi Panutan?”


“Saya mau terima tawaran jadi TKW karena bilang untuk jadi cleaning service di Malaysia bukan jadi asisten rumah tangga. Jadi rencana gaji saya untuk bantu keluarga juga saya tabung buat kuliah. Habis masa kontrak kalau saya rasa sudah cukup saya mau kuliah, itu rencana saya,” urai Orphin.

“Kalau saya pingin bantu orang tua saja, juga snegar gajinya besar, jadi gaji itu bisa saya pakai untuk bantu orang tua biayai pendidikan adik-adik saya,” jelas Lapse, tamatan SMK lebih dari setahun silam. Ia – pun kembali menyatakan sikap untuk tidak lagi mau tergiur jadi TKW. “Saya tobat dan tidak mau lagi, apalagi saya sudah lihat data dan fakta, foto-foto dan video para TKW yang pulang karena disiksa dan diperlakukan tidak manusiawi, bahakn ada yang sudah jadi mayat. Saya dikasih lihat oleh rumah AMAN, jadi buruk-buruk lebih baik di Sumba, di Indonesia sini!”(ion)

Komentar