Penanganan Medis Pasien Covid-19 Lambat, Diduga Penyebab Tingginya Angka Kematian di Sumba Timur

oleh
oleh
Vian Anthony

Waingapu.Com – Angka kematian yang kemudian dipastikan korbannya terpapar Covid-19 di Sumba Timur (Sumtim) – NTT, terus meningkat. Hingga Senin (19/04) petang, data yang dipublis posko Percepatan Pencegahan dan Penanganan Covid-19 setempat menyatakan kasus meninggal dunia telah mencapai 30 orang dari total 842 kasus positif. Penanganan medis pasien Covid-19 dinilai terlambat, diduga menjadi penyebab tingginya angka kematian itu. Dugaan itu dikatakan oleh Vian Anthony, Direktur Eksekutif Sumba Integrated Development (SID).

Dihubungi wartawan media ini beberapa hari lalu pasca terjadinya kasus meninggal dunia dan dipastikan terpapar Covid-19 dalam rentang waktu yang tak seberapa lama, Vian demikian ia biasa disapa melalui pesan dari gawainya menjabarkan Jumlah pasien covid-19 yang meninggal kembali meningkat, kemungkinan karena terlambat mendapatkan penanganan medis selain karena ada penyakit penyerta (komorbid). Namun demikian, dia juga memaparkan bahwa keterlambatan mendapatkan penanganan medis bisa jadi dikarenakan oleh sejumlah alasan, juga adanya warga yang sudah takut duluan ketika mendengar kata-kata ‘karantina’ di rumah sakit rujukan covid-19.

Baca Juga:  Tolak Hasil Pilkades, Sejumlah Warga Praing Kareha Demo ke Kantor Bupati Sumba Timur
Data Sebaran Covid-19

Vian juga menguraikan, perlunya peningkatan kualitas dan kuantitas layanan bagi pasien terpapar covid-19 sesuai level keparahan. Untuk itu perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain, mempermudah dan permurah alat test antigen agar masyarakat mau dan mampu untuk memeriksakan dirinya jika merasakan gejala terpapar virus. “Biaya ratusan ribu untuk mengajukan test jika ada kecurigaan telah terpapar cukup menyulitkan,” tulisnya.

Tak hanya itu, Vian juga mengatakan, penting untuk informasi terkait layanan test gratis (kalau ada) dilakukan secara massive,ercepat pengadaan alat test PCR agar dapat mendukung alat TCM yang sudah ada. Dan juga edukasi yang lebih masive dan ramah bagi masyarakat tentang penanganan covid-19. Penting pula kata dia, untuk disediakan konselor untuk memberikan dukungan psikososial bagi pasien covid-19, termasuk untuk kelarga agar tidak ada keraguan dari pihak pasien khususnya untuk segera dirujuk ke RS jika membutuhkan pertolongan medis.

Baca Juga:  Tiga Vendor Resmi Gugat RSUD URM Waingapu, Tuntut Ganti Rugi 4,5 Miliar

“Yang harus dibangun juga adalah optimisme bagi para pasien bahwa jaminan sembuh itu angkanya 98% dibandingkan yang meninggal, asalkan mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Sisanya yaah sudah kehendak Tuhan,” tegasnya lagi.

Hal yang juga urgen dikala pasien Covid-19 terus bertambahan, demikian kata Vian lebih lanjut adalah terkait dengan fasilitas RS rujukan Covid-19 sudah harus di perhatikan serius.

“Dari yang saya dengar, ruangan di RSUD Umbu Rara Meha yang disediakan hanya untuk menampung 16 pasien, sekarang sudah menampung lebih dari 30 pasien,” pungkasnya. (ion)

Komentar