Spirit Anak Palakahembi Ke Sekolah, Sungai Yang Ada Buaya Diseberangi

oleh
oleh
Menyeberang Sungai

Waingapu.Com – Pendidikan adalah hak warga negara dan kewajiban bagi negara untuk menyediakan sarana dan prasarana pendukung pendidikan yang memadai. Namun asa itu masih jauh dari realita bagi puluhan anak asal tiga RT di dusun Palakahembi, Desa Palakahembi, Kecamatan Pandawai, Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), NTT. Enam hari dalam seminggu anak-anak di sini harus menyeberangi sungai Kadumbul yang di musim penghujan seperti saat ini sangat rentan terjadi banjir bandang. Dan yang juga mencemaskan, di sungai itu kini buaya sering berseliweran.

“Tiap hari kami lewat sini, kalau tidak lewat ini sungai jauh kita putar, jadi tiap hari kami ramai-ramai langgar ini kali. Kalau banjir kami takut dan tidak ke sekolah. Kami juga takut buaya, jadi tiap hari orang tua antar kami sampai di sebelah,” jelas Angela, seorang siswi kelas empat SD yang ditemui Selasa (23/01) pagi kemarin usai menyeberangi Sungai bersama sejumlah rekannya sesama murid Sekolah Dasar Negeri (SDN) Lindi.

Sejumlah orang tua nampak ikut menemani anak mereka hari itu, hingga ke seberang. Anak-anak nampak menggulung baju seragam mereka dan mengangkat tinggi-tinggi dengan tangannya agar tak mudah terkena air, walau celana dan rok mereka sebagiannya basah. Yang kebetulan bersama orangtuanya, baju seragamnya dipegang orang tua, sembari tangannya digenggam erat mengantisipasi segal kemungkinan buruk yang sewaktu-waktu bisa datang tak terduga.

“Ini dari dulu anak anak lewat sini. Kalau lewat yang tidak langgar sungai bisa sembilan kilo jalannya. Kalu ini paling sekitar tiga kilo. Aiiih takut buaya sebenarnya saya, tapi karena banyak anak-anak juga ada kawan orang tua lain yaa saya berani langgar ini sungai,” jelas Muhu Nggandung, salah satu orang tua siswa.

Sementar itu, Manggena Ndjarawulla, yang juga menjabat ketua RT menjelaskan keberadaan buaya di sungai itu. “Saya beberpa hari lalu masih lihat buaya. Di sekitar sini ada dua sarangnya. Satu di atas sana satunya di bawah. Buat apa saya karang-karang, bukan saya saja yang lihat, warga dan anak-anak juga pernah lihat, hanya memang beruntung saja, sampai sekarang belum ada musibah,” urai Manggena seraya berharap pemerintah bisa membangun jembatan gantung melintasi sungai agar anak-anak bisa jauh lebih nyaman pergi dan pulang sekolah.

Perjuangan dan spirit anak-anak ini tak hanya teruji pasca seberangi sungai dengan intaian bahaya, dengan kaki tanpa sepatu dan sandal, kaki kaki mungil namun kokoh anak-anak ini, susuri jalan setapak membelah padang sabana menuju ke sekolah. Suka cita dan keceriaan tetap ada dan warnai perjalan mereka. Sukacita itu kian sempurna kala mendekati dan tiba di kintal sekolah, berbaur dengan teman-teman dan menyapa para guru yang sebentar akan memberikan mereka bekal bagi masa depannya.(ion)