Travel Jasa Paket Wisata Ke Pulau Sumba Dikeluhkan Wisatawan

oleh
oleh
Paket Wisata Penipu

Waingapu.Com – Novia, soerang wisatawan asal Semarang, Jawa Tengah, mewakili keempat rekannya mengeluhkan pelayanan dan profesionalisme travel penyedia jasa paket wisata Ke Sumba. Adalah biro perjalanan wisata @indischeland yang dikeluhkan oleh wisatawan yang mengaku mengagumi pesona alam dan budaya di Pulau Sumba, NTT itu. Yang mana kemudian justru dalam perjalanan wisatanya justru menyisakan kekesalan oleh ulah biro wisata.

Novia yang menghbungi media ini secara gamblang menceritakan peristiwa yang dialaminya melalui fasilitas WhatsApps (WA) ke media ini, Jumat (24/08) malam lalu. Berikut paparan dan keluhan Novia yang dimulai dikisahlan sejak hari ketiga trip:

“Halo kak saya Novia, korban penipuan, Saya cmn mau foward aja kronologi penipuan dg indischeland ini.”

“Hari ketiga.

Kami AKHIRNYA ketemu dgn kak A. Dan sudah konfirm ke pak Helmi kalo hari ketiga kami tidak pindah hotel, hanya pindah ke kamar yg lebih kecil. Jadi kami ber 6 mendapat 2 kamar kecil. Ya itu better lah ya.

Kemudian stlh breakfast kami mulai mempertanyakan bgmn untuk mslh uang makan, wisata dll. Ternyata kak A masih belom ditransfer oleh pak Helmi itu. Kami mencoba menghubungi pak Helmi untuk segera mentransfer uang ke kak A, spy kami hari ini tdk perlu keluar uang lagi. Pak Helmi hanya membalas iya2 saja dan blg akan ditransfer. Tapi pada kenyataannya sampai malam kita pulang ke hotel belom jg ditransfer!! Kita mencoba lg hubungi pak helmi tapi tidak diangkat. Kita sudah mau emosi rasanya 😡😡😡

Yg lucunya lg malem harinya kami ketemu sama 4 org yg menggunakan @indischeland jg dan mrk blg pak A sbg guide mrk. Pdhl saat itu jelas2 si pak A itu lg menjadi tour guide kami. Kacauu skali kaan. Bentrok jadwal sana sini. Tp untung 4 org ini baik. Mrk mau mengikuti jadwal kami. Jd private trip kami berubah menjadi open trip lah.”

Tak hanya sampai disini, kisah Novia berlanjut tentang peristiwa hari ke empat, “PAGI INI PAK HELMI MASIH BELOM JG TRANSFER UANG KAMI!! Hari keempat kami ke air terjun Lakolat, janjian jam 7.30, sopir baru muncul jam 9 dg berbagai macam alasan. Perjalanan yg harusnya hanya sekitar 1.5 jam mjd panjang krn ternyata sopir dan tour leadernya tdk tau jalan dan ban mobil kami bocor krn trkena batu (si sopir bawa mobil udah kaya bawa angkot) Kami baru smpe di air terjun Lakokat jam 12 siang shg Purukambera terpaksa di skip krn keterbatasan waktu utk mengejar sunset di wairinding. Disini saya merasa kesal, krn ketidakdisiplinan soal waktu walaupun ada kejadian tidak terduga yg harusnya bisa dihindari shg 1 destinasi harus di skip. (Masih belum di transfer juga smpe saat ini). Ditambah lagi ini sopir bawa mobil udah kya bawa angkot! Ban pecah 2x dalam 2 hari itu kan geblek bgt. Tmpt yg harusnya kami kunjungi jadi tdk jadi krn tour guide dan sopir yg sama2 tdk ada persiapan.

Saat malam tiba, demikian lanjut Novia, uang mereka belum juga. “Uang kami msh belom ditransfer jg dan si pak helmi ini tidak bisa dihubungi, akhirnya kami chat dia lewat wa dan dgn nada mengancam kami blg ke dia kalau uang kami tdk segera ditransfer juga, kami akan menindak lanjuti masalah ini (ke polisi). Baru lah malam ini si pak helmi transfer uang kami.”

Kisah Novia pun berlanjut, “Hari kelima, Akhirnya destinasi kemaren yg ke puru kambera dituker jadi hari ini. Ya ini masih mending ad pertanggung jawaban dari mrk untuk mau mengganti destinasi kmrn yg tdk sempat.”

Lebih lanjut Novia menjelaskan, pengalaman wisatanya yang sejatinya bersifat ‘private trip’ justru karena perilaku biro wisata menjadi jauh dari lazimnya suasana dan pelayanan private.

“Jadi gini, gw dan temen2 gw ikut private trip dari @indischeland ini untuk pergi ke sumba. Kita ini ada ber 6. Kami bayar @2.75 juta untuk trip ini. Itu udah ALL IN trmsk penginapa, dokumentasi, guide, transportasi, makan minum.

Kembali dikisahkan Novia, “Hari pertama di sumba ini sudah sangat tidak mengenakan. Kami tiba di bandara tambolaka dijmpt oleh sopir yg sama sekali tidak tahu mengenai trip kami. Seharusnya, trip kami ini dipandu oleh tour guide kami yg namanya kak A. Alasannya krn kak A ada kendala mobil jadinya @indischeland mengirim supir lain untuk menjmpt dan mengantar kami ke tempat wisata di hari pertama. Kemudian yg anehnya lagi, itinerary kami yg diberitahukan ke supir (pak D namanya) berbeda dgn yg telah disepakati dari awal. Sehingga kami perlu konfirmasi lagi dgn kak A dan @indischeland nya. @indischeland blg tetap dgn itinerary awal, tp kak A bilang tdk bisa shg kami dibuat bingung dg ketidaksinkronan antara guide yg entah berada dimana dg pemilik tripnya. Akhirnya kami tetap mengikuti itinerary awal sesuai instruksi dri @indischeland ; saat kami memberi tahukan hal ini ke kak A, kak A bilang tidak mau jadi guide kami krn tdk sesuai dengan kemauan dia. Kmd pada malam harinya kak A meminta maaf atas hal itu, dan dia baru mengaku kalau dia sedang membawa trip lain di waingapu, sumba timur (sedangkan posisi kami di waikabubak, sumba barat) dan tidak bisa melayani kami di hari kedua juga. Sehingga kak A mengirimkan sopir yg lain lagi namanya Pak R untuk menjemput dan mengantar kami di hari kedua. Soal biaya masuk destinasi, biaya makan dsb krn tidak ada tour leader yg memandu terpaksa kami diminta keluar uang dari dompet pribadi dg dalih nanti akan di reimburse oleh @indischeland.”

Hari kedua kami dijmpt oleh pak R sperti yg telah disepakati oleh kak A. Di hari kedua ini kami masih mendesak @indischeland untuk bisa mengirimkan guide untuk kami. Kemudian pak Helmi dari @indischeland ini blg kalo kami bisa dipandu oleh pak L yg baru dia kirimkan dari jawa ke sumba utk kami. Pak Helmi meminta kami menjemput pak L yg baru sampai di bandara tambolaka (sumba barat daya) jam 8 pagi. Tapi krn itinerary kami hari itu berada di sumba barat dulu, kami baru bisa menjmput pak L sekitar jam 12 siang. Hal ini sudah kami beritahukan ke pak L dan dia meng-oke-kan. Saat kami sudah slesai dg sumba barat dan akan menuju sumba barat daya utk menjemput pak L, pak L tdk bs dihubungi, begitu pula dg pak Helmi. Kami menghabiskan waktu sekitar 1.5 jam utk mencari2 pak L yg ktnya sudah berada di hotel sinar tambolaka utk menunggu jemputan kami. Akhirnya kami lanjut itinerary tnpa pak L krn tdk ketemu. Malam harinya pak L baru bisa dihubungi, dan dia mengatakan bahwa dia dan @indischeland lupa memberitahu kalau dia tdk jadi bergabung dg kami dan malah pergi ke tempat lain. Dan seperti hari pertama, biaya makan dan wahana semua masih memakai UANG PRIBADI kami.”

Masih hari kedua, demikian lanjut Novia, dari pantai mandorak (destinasi terakhir mereka di Sumba Barat Daya), Novia dan rekannya melanjutkan perjalanan ke Sumba Timur. Perjalanan memakan waktu 3 – 4 jam. “Krn dari mandorak sudah sore dan kami perlu makan malam dulu, kami tiba di hotel Padadita, sumba timur jam stgh 1 pagi. Saat itu kami sudah lelah dan mengantuk oleh krn perjalanan yg jauh dan ketidakjelasan dari @indischeland. Lalu saat kami check in kami kaget krn kami hanya mendapatkan 1 kamar dgn 3 extrabed + 1 kamar mandi! Percayalah kami smua sudah cape pengen cepet mandi dan tidur. Tp kamar mandi cuma 1!! Emosi jiwa rasanya! Tp yasudahlah krn pas dilihat memang kamarnya bagus dan besar cukup untuk ber 6. Tapi ya tetep aja kalo kamar cuma 1 ya harus dikomunikasikan ke kami donk. Alasannya smua kamar full book. Dan lagi kmar tsb hanya dibooking utk 1 hari (wtf?! Hrus pindah hotel lagi?).”

“Tapi trnyata tdk pindah, hanya pindah kamar saja. Tp selama 2 malam kita harus pindah kamar terus di hotel yg sama krn full book. Dan ini pun tdk dikomunikasikan ke kita.”

Adapun hingga berita ini dibuat, pihak @indischeland yang jika ditilik dari account instragramnya beralamat di Jakarta itu, kala dihubungi via WA, sejak Jumat (24/08) malam tadi menyatakan akan mengirimkan konfirmasi atau penjelasannya via email.

Sementara Helmi, yang namanya disebut punya peran dalam ‘akad’ perjalanan wisata antara @indischeland dengan Novia Cs. Sejak dibubungi via WA nya tadi malam , belum membaca dan membalas pesan yang dikirimkan oleh awak media ini. (ion)