Waingapu.Com-Sejarah baru kembali terukir di lingkup Sinode Gereja Kristen Sumba (GKS). Hari ini, Selasa (30/9/2025), GKS Jemaat Lambanapu resmi memekarkan Cabang Hibuwundu menjadi jemaat mandiri. Dengan demikian, jumlah jemaat mandiri dalam Sinode GKS kini bertambah menjadi 284.
Ibadah raya yang dipimpin langsung BPMS Sinode GKS sekaligus menandai pengukuhan majelis jemaat dan pentahbisan Pdt. Melyard Tesa Maharani Rambu Mbela sebagai pendeta pertama (Sulung) di GKS Hibuwundu. Ribuan umat, puluhan pendeta, pejabat pemerintah, hingga tokoh masyarakat turut hadir menyaksikan momen bersejarah ini.
Ketua BPMS Sinode GKS, Pdt. Marlyn Lomi, menegaskan bahwa Hibuwundu bukan sekadar angka ke-284 dalam deretan jemaat mandiri. “Inilah tanda pertumbuhan iman dan kehidupan. Pdt. Melyard juga menjadi pendeta ke-364 yang melayani di 52 klasis di seluruh Pulau Sumba,” tegasnya.
Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa tema khotbah sulung “Menjadi Gereja yang Merawat Kehidupan” harus menjadi pedoman pelayanan jemaat baru. “Pulau Sumba baru saja mencatat sejarah dengan Deklarasi Hari Keadilan Ekologis Dunia. Hibuwundu mesti jadi teladan dalam merawat alam dan kehidupan,” tambahnya.
Letak Hibuwundu yang berada di aliran irigasi Bendung Lambanapu dianggap sebagai peluang besar. Menurut Pdt. Marlyn, hasil pertanian hortikultura bisa menopang gizi keluarga sekaligus mendukung program pemerintah atasi stunting. “Dari sayur-sayuran yang ditanam jemaat, kita bersama pemerintah bisa melawan gizi buruk,” ujarnya.
Bupati Sumba Timur, Umbu Lili Pekuwali, menyambut gembira hadirnya jemaat baru. Ia menekankan pentingnya sinergi gereja dan pemerintah. “Sejak jauh sebelum pemerintahan berdiri, gereja sudah melayani masyarakat. Karena itu kolaborasi mesti terus dijaga demi kesejahteraan jemaat,” ungkapnya.
Umbu Lili menilai pelayanan gereja harus menyentuh iman sekaligus ekonomi. Ia menegaskan, “Terima kasih kepada Sinode GKS dan Pdt. Melyard yang menekankan perawatan ekologi. Pemerintah pun bergerak dalam semangat yang sama.”
Ketua panitia pemekaran, Yulianus Laki Amah, menuturkan perjalanan panjang jemaat Hibuwundu. “Tiga puluh tahun bukan waktu singkat. Dimulai dari Pos PI tahun 1995, peletakan batu pertama 2005, dan kini, 2025, kami resmi mandiri,” katanya penuh haru sembari mengucap terima kasih pada donatur yang telah membantu berdirinya gedung ibadah.
Acara pemekaran semakin semarak dengan tarian khas Sumba yang dibawakan anak-anak, pemuda, dan remaja. Nuansa sukacita tampak menyelimuti seluruh rangkaian acara.
Bupati Umbu Lili kembali menegaskan bahwa berdirinya jemaat baru bukan sekadar gedung atau jumlah jemaat. “Pemekaran adalah hasil kajian mendalam Sinode, demi memastikan sebuah jemaat benar-benar dewasa dan siap berdiri sendiri,” tegasnya.
Dalam khotbah perdananya, Pdt. Melyard mengingatkan jemaat tentang tanggung jawab manusia merawat ciptaan Tuhan. “Namun kenyataan hari ini, keserakahan telah merusak alam: hutan dibabat, padang dibakar, sampah dibuang sembarangan. Kita harus kembali pada panggilan merawat kehidupan,” ujarnya dengan nada tegas.
Dengan lahirnya GKS Hibuwundu sebagai jemaat mandiri, Sinode GKS meneguhkan kembali perannya: hadir bukan hanya untuk menumbuhkan iman, tetapi juga merawat alam, ekonomi, dan masa depan kehidupan masyarakat Sumba.(ion)