Waingapu.Com – Tujuh belas anggota kelompok tani Mbola Kamba, di Laihola Dusun Praikaroku, Desa Mondu Lambi, Kecamatan Lewa Tidahu, Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), NTT, akhirnya bisa senyum sumringah. Tetesan peluh mereka selama lebih kurang sebulan terakhir akhirnya bisa dinikmati pasca dilakukannya panen perdana sayuran di atas lahan olahan mereka, Kamis (21/06) sore lalu.
Sayuran jenis Pak Coy Green dan Pak Coy White serta Pitcay, yang ditanami diatas puluhan bedeng yang diusahakan kelompok itu, saat dipanen nampak segar dan sehat. Lazarus Lodu Pekuwali, ketua Kelompok ini mengatakan, panen sayur dalam jumlah banyak seperti yang terjadi saat itu adalah yang pertama kali terjadi di Desa mereka. “Kami memang sudah pernah tanam sayuran di pinggir sungai, tapi tidak sebanyak itu. Karena memang airnya harus kita timba dan pikul. Tapi sejak ada dampingan dan kerjasama dengan Yayasan Komunitas Radio Max FM, kami bisa tanam lebih banyak dan hasilnya juga lebih banyak,” jelas Lazarus.
Usaha kelompok tani itu bisa berhasil, demikian dijelaskan Yahya Kanabila, anggota kelompok yang kala itu mendampingi Lazarus, adalah karena hadirnya teknologi pompa Barsha. “Teknologi ini sangat bantu kami, juga ramah lingkungan karena kami tidak perlu pakai BBM. Lahan ini yang kalau musim panas begini tidak ditanami kini bisa kami usahakan. Hasilnya seperti pak lihat, bisa kami panen untuk konsumsi sendiri dan juga bisa untuk di jual. Sayurannya jug sehat karena sama sekali tidak menggunakan pupuk kimia dan juga pestisida,” urai Yahya.
Hadir pula dalam kegiatan panen perdana ini, Direktur Yayasan Komunitas Radio Max FM, Heinrich Dengi. Kepada media ini dijelaskan Heinrich, pemasangan pompa Barsha ini dilakukan karena warga atau kelompok tani setempat sepakat dan bisa menerima skema Easi Pay yang ditetapkan oleh Yayasan.
“Jadi skemanya adalah para petani anggota kelompok menyewa pompa barsha yang kami rakit dan kami datangkan ke sini. Untuk bisa membayar sewanya, anggota kelompok tentu harus kerja keras dan optimalkan air yang sudah degan mudah dialirkan ke Kebun. Juga optimalkan ilmu dan dampingan bertani organic yang kami berikan lewat tim kami. Bayar sewanya juga bkan degan uang namun dengan hasil kebun yang mereka usahakan,” ungkap Heinrich.(ion)