Pemerhati anak di Sumba Timur tentunya tidak asing dengan 4 hak anak. Hak hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan partisipasi, menjadi makanan sehari-hari, yang kadang melebihi sepiring nasi. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) bergelut dengan pemberdayaan kader-kader perlindungan anak. Tim penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga bangun-jatuh dalam menggiatkan pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini. Lembaga Perlindungan Anak (LPA) berjibaku untuk melindungi anak dari segala bentuk perlakuan tidak baik. Beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) internasional seperti ChildFund, Wahana Visi Indonesia serta Compassion mengupayakan pengembangan masyarakat yang komprehensif dengan anak sebagai pusatnya. Banyak lembaga yang berjuang, baik pemerintah maupun non-pemerintah untuk pemenuhan hak-hak anak. Lembaga yang belum disinggung penulis mohon maaf, dan mohon jangan demo, apalagi sampe mogok kerja.
Banyak hal yang bisa dikerjakan di Sumba Timur mengenai anak. Baru-baru ini tim penanggulangan kemiskinan dari kementerian sosial hadir dan mempresentasikan rencana pemerintah untuk membantu mengentaskan kemiskinan. Penulis membaca sekilas paparan singkat kemiskinan di Indonesia dari sebuah buku pemberian tim tersebut. Deretan tabel dan diagram mengenai statistik kesehatan maupun pendidikan di Nusa Tenggara Timur terpampang di isi buku. Contoh ideal kemiskinan mungkin, pikir penulis. Teringat guyonan mengenai persamaan Agnes Monica dengan NTT. Sama-sama sering jadi bintang iklan. Popularitas NTT semakin mencuat baik dari sisi komersil maupun sosial. Hal ini pertanda baik, banyak yang bisa dikerjakan, dan banyak pekerja yang berdatangan karena popularitas tadi. Istilah banyak tuaian tapi sedikit pekerja pun akan segera terhapus. Mari harap saja begitu.
Anak memiliki hak untuk turut berpartisipasi menentukan arah kehidupan mereka ke depan. Banyak pemerhati anak yang bergerak untuk memperhatikan pemenuhan hak tersebut. Semua dengan gaya masing-masing. Semua dengan aturan dan interest masing-masing. Perbedaan membuat kegiatan-kegiatan tersebut menjadi kurang maksimal. Hal ini bukan berarti tidak ada usaha untuk menyatukan visi dan misi bersama. Sebuah wadah untuk menampung dan menyalurkan aspirasi seluruh anak Sumba Timur sudah pernah berdiri beberapa tahun lalu, namun setelah itu hilang gaungnya. Lemahnya jejaring antar pihak terkait dalam penyelenggaraan pemenuhan hak anak sekali lagi tersirat melalui peristiwa tersebut.
Tanggal 29 November 2013 lalu, di gedung sekretariat LPA telah dilaksanakan pertemuan antar seluruh anak perwakilan tiap desa/kelurahan di Sumba Timur. Pertemuan ini bertujuan untuk menyusun lalu kemudian mengukuhkan kepengurusan Forum Anak Sumba Timur. Beberapa lembaga baik pemerintah maupun non-pemerintah bersama-sama mendukung penyelenggaraan kegiatan tersebut. Walau terkesan lahir prematur sehingga kurang terdengar gaungnya, panitia pembentukan Forum Anak Sumba Timur sudah berupaya maksimal untuk mendatangkan 50 anak perwakilan desa/kelurahan di Sumba Timur. Meski sudah menyebar undangan ke seluruh desa/kelurahan, tetap tidak semua terwakili. Hal ini tidak memutuskan asa anak-anak yang hadir untuk mengajukan buah-buah pikiran untuk menjadi fondasi pendirian forum ini. Pendidikan yang layak, pemenuhan hak-hak anak, serta permasalahan tumbuh-kembang anak menjadi agenda utama forum ini untuk dikerjakan. Setelah melalui pemaparan visi-misi para calon ketua umum forum anak dan proses pemilihan, telah terpilih pengurus Forum Anak Sumba Timur yang akan melaksanakan agenda forum selama 2 tahun masa kepengurusan ke depan.
Forum Anak Sumba Timur hanya salah satu wadah bagi anak-anak Sumba Timur untuk menyalurkan pendapat dan pikirannya. Banyak tempat lain untuk membantu mengekspresikan kebutuhan anak-anak di Sumba Timur. Kerjasama semua pihak terkait tentu dibutuhkan untuk mendukung eksistensi dan perjuangan dari forum ini. Masyarakat sebagai lingkungan terbesar anak sangat dibutuhkan perannya dalam mendengar dan menghargai pikiran-pikiran anak. Dorongan dan dukungan orang tua sebagai lingkungan terdekat anak akan membuat anak lebih percaya diri untuk mengerjakan hal-hal baru sebagai bekal masa depannya. Upaya bersama serta doa semua pihak niscaya akan menjadikan anak-anak Sumba Timur mendapatkan kehidupan yang lebih baik.[*]
*] Indra Yohanes Kiling, Psikolog Komunitas & Staf Wahana Visi Indonesia Sumba Timur