Waingapu.Com – Pembakaran padang lazim terjadi setiap musim kemarau atau jelang memasuki musim penghujan di Pulau Sumba, NTT. Banyak pihak mensinyalir terbakarnya padang sabana selain disebabkan oleh perilaku tidak sengaja oknum yang membuang puntung rokok atau menyalakan api untuk kepentingan lain, namun juga disebabkan oleh para pengembala dan pemilik ternak. Para pengembala dan pemilik ternak berpendapat rerumputan tak sepenuhnya mati saat dibakar, dan akan kembali tumbuhkan tunas baru yang segar hanya dengan bantuan embun.
Adalah Robert Soter Marut (RSM), mantan petinggi TNI – AURI berbintang dua (Marsekal Muda) dan penyandang aneka bintang jasa ini, punya pendapat dan solusi untuk ketersediaan pakan ternak dalam bentuk rerumputan segar sekaligus bisa meminalisir praktek pembakaran padang.
“Saya dapat informasi juga membaca dan menonton berita di media massa, pembakaran padang marak terjadi setiap musim kemarau atau jelang musim hujan di Sumba. Bakar padang untuk nantinya rumput kembali tumbuhkan tunas hijau dan segar. Tapi jika ini terus terjadi akan berdampak pada rusak dan hancurnya ekosistem,” katanya dalam kesempatan diskusi lepas pekan lalu di Waingapu.
Solusi untuk ketersediaan pakan yang baik idealnya juga menjadi perhatian pimpinan daerah baik tingkat Propinsi hingga Kabupaten. Optimalisasi lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) bisa menjadi salah satu solusinya.
“Jika DAS dioptimalkan dengan menggunakan tekonolgi tepat guna dan ramah lingkungan, selain bisa ditanami tanaman pangan dan holtikultura, juga pakan ternak berupa rerumputan yang bagus untuk nutrizi ternak bisa ditanam. Di Sumba Timur ini contohnya, masih banyak lahan DAS yang belum dioptimalkan pemanfaatannya,” imbuh Robert.
Figur yang pernah menjabat sebagai staf ahli Kepala Staf AURI dan Kepala Dinas Aeronautika TNI – AU yang membidangi pembinaan teknik, perawatan dan kesiap-siagaan pesawat tempur dan aneka peralatan tempur TNI AU itu juga punya solusi untuk menghijaukan padang sabana yang oleh warga dijadukan padang pengembalaan.
“Jika kekeringan atau kemarau ekstim terjadi di Sumba, khususnya di Sumba Timur ini, pemerintah daerah bisa meminta Badan Penanggulanan Bencana setempat berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Nasional untuk bisa diupayakan hujan buatan. Saya sepenuhnya yakin itu bisa disikapi segera. Badan Penanggulangan Bencana Nasional punya sarana dan anggaran yang memadai untuk itu,” papar putera Manggarai yang juga telah menyatakan diri sebagai bakal calon Gubernur NTT itu. Pria kelahiran 58 tahun silam itu punya tagline membangun NTT yang mandiri, dinamis dan sejahtera.(wyn)