Derita Hydrocephalus: Bayi Rongga Yina Ketuk ‘Rongga Hati’ Donatur

oleh
oleh

Waingapu.Com – Kemiskinan lagi-lagi menjadi aral bagi sebuah keluarga di negeri ini untuk meningkatkan dan memilihara taraf kesehatannya. Itulah yang tergambar nyata

pada Rongga Yina, bayi berusia satu bulan, yang kini masih dalam perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)Umbu Rara Meha, Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), NTT karena menderita Hydrochepalus (kelebihan cairan di kepala) sejak kelahirannya kedunia ini.

Disaksikan Rabu (26/03) siang kemarin, dalam incubator di ruang khusus bayi RSUD setempat, bayi malang itu sudah lebih dari sebulan pasca kelahirannnya di rawat intensif. Hydrochepalus membuat sang bayi pasangan suami isteri (pasutri) miskin Marthen Kula Amah (23) dan Nday Ngana (24) itu tak bisa berada dalam dekapan hangat sang ibu.

Baca Juga:  Prahara DBD Di Sumba Timur Berlanjut, Kali Ini Warga Wara Berduka

Keterbatasan dana menjadikan harapan keluarga untuk memenuhi anjuran medis rumah sakit untuk di rujuk ke RSUD Sanglah Bali menjadi harapan yang sangat sulit untuk di realisasikan. Cobaan bagi keluarga miskin itu kian deras menghujam seiring dengan kondisi ibu bayi yang juga dirawat intensif di terpisah bangsal kelas tiga karena derita infeksi pada luka bekas sayatan ‘pisau’ operasi cesar kala melahirkan anak pertama buah cinta bersama sang suami.

“Saya tidak tahu lagi harus bagaimana, kami miskin, tidak punya uang. Bapanya ada pergi urus kartu sehat, ini anak belum ada namanya. Saya hanya bisa doa agar Tuhan kasih jalan,” lirih Nday Ngana dalam bahasa daerah Sumtim.

Baca Juga:  Komunitas Ana Humba Beri Donasi Di Pinu Pahar

Sementara itu, pihak medis RSUD tidak bisa berbuat banyak merawat ataupun mengambil tindakan medis lanjutan bagi bayi malang itu. Pasalnya peralatan di rumah sakit ini masih belum memadai.

”Sejak masuk di sini kami berikan perawatan semampu kami, apalagi sejak dalam kandungan, bayi tersebut telah dideteksi menderita hydrochepalus. Saat awal dirawat saja badannya sempat menguning, diduga karena infeksi. Tidak ada jalan lain, karena keterbatasan peralatan pra operasi dan pasca operasi di rumah sakit ini, bayi malang itu harus dirujuk, jika tidak hal terburuk seperti gagal multi organ akan dialami. Bantuan donatur sangat diharapkan keluarga, karena biaya perawatan cukup tinggi,” urai Dokter Oky Rahma Prihandani, yang menangani dan mengawasi perawatan bayi malang itu, ketika dimintai penjelasannya ketika ditemui wartawan didampingi dr. Lely Harakay, direktris RSUD Umbu Rara Meha di ruang kerjanya.

Baca Juga:  Pristo Nekad Ikut UN: Mengaku Tersiksa Sakit Karena ’Orang Buat’

Pihak Rumah Sakit juga orang tua kedua bayi, kini hanya bisa berharap dan berdoa, adanya uluran tangan dermawan atau donatur guna membantu kesembuhan Rongga Yina, sang bayi malang itu.Tidaklah berlebihan pula jika kemiskinan dan kondisi malang bayi itu bisa mengetuk ‘rongga hati’ (relung hati/nurani) para donatur atau mungkin para politisi yang kini gencar berkampanye menyuarakan janji kepedulian mereka pada nasib orang orang yang terkucil atau terpinggirkan karena kemiskinan dan aneka keterbatasan masih sangat erat membelenggu.(ion)

Komentar