Waingapu.Com – “Salah demo, seyogyanya mereka harus demo ke Pelindo, sebagai penyedia fasilitas. Kantor Syahbandar sebagai pemerintah,” tandas Simon Baon, Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Waingapu, Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), NTT, menanggapi aksi demo spontanitas warga Kampung Baru, Senin (08/08) siang hingga sore kemarin.
Lebih lanjut Simon yang ditemui di ruang kerjanya menegaskan, kunci dari penyelesaian dari tuntutan dan aspirasi warga yang disuarakan dalam aksinya justru ada pada Pelindo.
“Konflik internal yang sering terjadi solusinysa adalah PT.Pelindo harus segera membenahi fasilitas, SDM dan menata pelabuhan. Jadi kunci untuk menyelesaikan persoalan ini ada di Pelindo sebagai penyedia fasilitas,” tegasnya seraya menambhakan bahwa pihak KSOP selaku pemerinta sudah menghimbau pihak PT.Pelindo III Kawasan Waingapu, namun hingga kini belum ada realisasi pelaksanaan di lapangan berupa pembangunan terminal penumpang yang baru, menata pedagang kaki lima ke lokasi yang tertata apik hingga tidak mengganggu aktifitas pokok di pelabuhan.
Terkait kekesalan warga tentang adanya pungutan dari oknum Pegawai Syahbandar, Simon menegaskan bahwasanya pungutan itu dilakukan oleh oknum pegawainya namun bukan ketika dirinya menjabat sebagai pimpinan.
“Itu dipungut untuk pengadaan seragam oleh perpanjangan tangan pimpinan sebelumnya. Bukan saat saya menjabat. Tapi dananya masih ada, dan belum bisa dibelikan seragam karena nominalnya masih kurang jika diperuntukan bagi duapuluh seragam kelompok buruh yang dipersiapakan bagi kapal perintis,” timpalnya.
Seperti disaksikan kemarin siang hingga menjelang sore, puluhan warga Kampung Baru mendatangi kantor KSOP setempat untuk melakukan klarifikasi sehubungan dengan adanya informasi yang disebut warga diungkapkan oleh oknum pegawai Syahbandar, juga pengusaha mitra kerja Syahbandar, yang mana melukai dan melecehkan warga.
Perwakilan warga diterima dan berdialog diruang rapat KSOP, namun saat dialog usai, warga yang didominasi ibu-ibu dan perempuan serta pemuda, tetap menyatakan kekesalannya dengan berteriak dan mengumpat dan menyebut nama oknum-oknum yang disebut mereka melakukan perbuatan dan melontarkan perkataan yang menyakiti hati warga.(ion)