Kawangu-Tana Rara, Proyek Jalan atau Deker?

oleh
oleh

Waingapu.Com – Gencarnya pembangunan di Kabupaten Sumba Timur (Sumtim) diantaranya adalah proyek pembangunan ataupun peningkatan jalan dan drainase, ternyata berjalan seiring dengan kecemasan ataupun kekuatiran warga seputar kualitas maupun alasan teknis dibalik metode teknis pekerjaan proyek, juga besaran anggaran yang digunakan. Proyek jalan dan ‘Drainase melintang’ di ruas jalan Kawangu-Tanarara juga tak luput dari hal tersebut.

Rasa penasaran dan ingin tahu warga itu terangkum dari sejumlah informasi yang diterima, diantaranya mempertanyakan adakah proyek tersebut merupakan proyek jalan ataukah pembangunan deker? Juga mencemaskan kualitas dan daya tahan deker yang dikerjakan seiring informasi yang diperoleh warga bahwa material campuran untuk beton deker menggunakan pasir gunung.

Baca Juga:  Billboard Politisi di Sumba Timur Taat Pajak? Bapenda Punya Jawabannya

“Yang kami tahu pasir terbaik untuk campuran beton adalah pasir kali, kalau sudah pakai pasir gunung ya wajar kalau dipertanyakan. Memang harga pasir kali lebih mahal, tapi kualitasnya pasti lebih bagus dari pasir gunung,” pendapat seorang warga, senada dengan pendapat warga lainnya yang terhimpun, walau dibarengi dengan permintaan untuk tak terpublish identitasnya itu.

Seperti disaksikan di lokasi proyek pekan lalu, pekerjaan jalan dan deker tersebut memang belum dipasangi papan informasi proyek. Selain itu, nampak sejumlah pekerja terus melakukan aktitasnya. Di sisi lain tumpukan material pasir, batu juga telah ada disebelas deker yang siap untuk dikerjakan.

Rasa penasaran terkait dengan banyak deker yang secara kasat mata ada yang jarak antar deker tidak lebih dari 100 hingga 150 meter itu, terjawab kala Saleh Sandriman, General Superintendent (GS) PT. Teratai, ditemui di ruang kerjanya, Jumat (05/08) pekan lalu.

Baca Juga:  SWAB Terkonfirmasi Negatif, Pasien 01 Positif Corona di Sumba Timur Dipulangkan

“Itu kegiatan peningkatan jalan Kawangu-Tanarara sejauh tiga kilometer peningkatan jalan hotmix. Kalaupun dekernya sampai dengan sebelas itu berhubung karena banyaknya daerah tangkapan air yang harus dan penggantian beberapa deker karena demensi deker yang ada sebelumnya tidak memadai dan tidak layak lagi,” paparnya.

Kecemasan seputar kualitas campuran beton sehubungan dengan material pasir gunung yang digunakan, Saleh punya dalilnya. “Benar itu pasir gunung, namun semua bahan yang ada itu sudah teruji. Selain kami menguji di lab sendiri juga kami berkoordinasi dengan lab Dinas PU di kilometer delapan. Semuanya telah sesuai spesifikasi,” tandasnya.

Adapun proyek yang ketika disambangi belum dipasangi papan informasi proyek itu, disebut Saleh nilai kontraknya lebih dari Rp.3,9 miliar. “Memang waktu itu belum ada papan proyeknya, tapi bisa saya pastikan sekarang sudah terpasang karena sudah diambil dari Dinas PU,” timpalnya.(ion)

Baca Juga:  Turunkan Level PPKM di Sumba Timur, Optimalkan Fungsi ISOTER Hingga Tingkat Desa

Komentar