Waingapu.Com – Pemerintah Kecamatan Nggaha Ori Angu (Nggoa) Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), NTT, bersama warga yang diwakili oleh aparat pemerintah desa, tokoh masyarakat (Tomas) dan Tokoh Agama (Toga) dan Tokoh Adat (Toda), menandatangani sebuah Petisi. Bertempat di halaman depan kantor Kecamatan, diawali oleh Hamba Manokorung, selaku camat setempat, Senin (12/11) siang lalu, Petisi ditandatangani. Petisi ini menjadi pengukuhan komitmen bersama untuk mendukung program Kelompok Bermain Keluarga (KBK).
Penandatanganan petisi ini sebagai salah satu rangkaian acara bertajuk ‘Kelompok Bermain Keluarga – Gebyar Orang Tua Bersama Anak’ yang difasilitasi oleh Sumba Integrated Development (SID) mitra Childfund Indonesia. Program KBK sendiri diharapkan bisa membantu perkembangan positif bagi tumbuh kembang anak di sejumlah desa yang ada di Kecamatan Nggoa.
“Kerjasama SID dengan mitra Childfund yang hari ini kita saksikan adalah hanya salah satu bagian saja dari sejumlah kegiatan lain yang pernah dan telah dilakukan. Seperti peringatan hari Anak dan juga HUT kemerdekaan. Khusus untuk kegiatan hari ini tentunya sangat bermanfaat bagi warga kami khususnya bagi para orang tua,” tandas Manukorung.
Bagi orang tua, demikian lanjut Manukorung, dengan kegiatan ini bisa lebih memahami pola asuh anak yang baik untuk mendukung tumbuh kembang anak. Kalau selama ini perilakunya dalam mengasuh anak, warga Nggoa cenderung menyerahkan tanggung jawab pada kaum ibu. “Dengan kegiatan ini warga bisa lebih memahami bahwa, untuk mendukung tumbuh kembang anak, baik bapak dan ibu serta lingkungan keluarga sangat diperlukan peran aktifnya. Karena akan menentukan pola dan perilaku mengasuh anak yang berkualitas,” urai Manokurung sembari berharap kemitraan ini bisa berkesinambungan, tidak hanya mendampingi empat desa saja, namun juga empat desa lain di wilayah Nggoa yang hingga kini belum tersentuh program KBK.
Ditempat yang sama, Rita Loru Koba selaku penanggung jawab program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada Lembaga SID mitra Childfund Indonesia menjelaskan, program KBK menyasar orang tua dan anak sebagai sasaran pokok. Untuk itu, ada kegiatan yang dilakukan dimana berintegrasi pada Posyandu dan PAUD. “Kalau mau dilihat waktu yang terbanyak anak adalah bersama orang tua. Jadi hal itu yang perlu disadari orang tua, yang mana selama ini merasa bahwa cukup anak dibimbing di PAUD saja. Padahal sejatinya di Paud anak dibimbing tidak lebih dari dua hingga tiga jam saja,” jelas Rita.
Lebih jauh Rita memaparkan, kegiatan di KBK diantarnaya adalah stimulasi aspek bahasa dan sosial emosional, kognitif dan Seni. Selain itu dikegiatan kedua lebih fokus pada pengasuhan responsif yang mana sasaran utamanya adalah orang tua. “Sebulan dua kali kegiatan dilakukan di kelompok bermain. Lewat pertemuan itu orang tua dibekali bagaimana memberikan stimulasi pada anaknya. Lalu juga akan bicara tentang kesehatan dan gizi, perlindungan anak dan pengasuhan responsif,” urai Rita sembari menambahkan, program KBK ini sebenarnya sebanyak 13 KBK yang tersebar pada 13 desa. Namun yang menjadi pilot projectnya adalah empat desa di wilayah Nggoa. Ke empat desa dimaksud yakni desa Praihambuli, Tana Tuku, Makamenggit dan desa Praikarang.
Asnat Hana Atajama, salah seorang warga Nggoa, yang sehari-hari mengasuh Febrial Andika Ndakularak, anaknya yang berusia lima tahun, menyatakan dampak posiitf yang dirasakan dalam keluarga sejak hadirnya program KBK. “Kami khususnya saya selaku orang tua dulunya sering membiarkan anak untuk mencari tahu sendiri tentang sesuatu hal sebelum adanya KBK. Misalnya anak bertanya angka dan huruf atau benda, kadang karena kesibukan dan sikap acuh tak acuh, pertanyaan anak tidak dijawab dengan benar dan bahkan tidak dijawab sama sekali. Dengan KBK saya menyadari pentingya respon orang tua dengan aneka ragam sikap dan keingintahuan anak,” urainya.
Tak hanya itu, Asnat juga menambahkan, adanya program KBK, orang tua juga menjadi tahu bagaimana memberikan asupan makanan bergizi bagi anak yang sebenarnya bisa diperoleh dan diusahakan di lingkungan rumah atau kebun keluarga. Selain itu, anak dan orang tua sama-sama dibimbing bagaimana pola hidup sehat. (ion)