Waingapu.Com – Keluarga dengan dibantu seorang Wunang (tetua adat) telah dan terus melakukan ritual adat sesuai tradisi kepercayaan Marapu yang dianut mereka,
seiring belum utuhnya potongan tubuh Ngabi Ndjuka, korban serangan buaya di sungai Lambanapu, Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), NTT.
Sesuai kepercayaan Marapu, potongan tubuh korban tidak akan langsung dinaikan ke ruang utama rumah, namun kembali harus didoakan lagi di bale-bale depan rumah baru kemudian dinaikan ke ruang tengah rumah adat keluarga besar korban di kampung Hibu Wundu – Lambanapu.
Demikian dijelaskan oleh Johanis Praing, kerabat dekat korban yang juga merupakan tokoh adat marga/kabihu Kokur Pandak, kala ditemui usai digelarnya ritual Marapu di TKP korban pertama kali terlihat memancing.
“Karena kematian saudara kami ini panas dan tidak wajar, maka kami keluarga sesuai kepercayaan Marapu melakukan Hamayang Pamaringu atau doa untuk mendinginkan atau menenangkan jiwa korban juga memberi makanan bagi jiwanya seraya mengajak dan menjemput korban untuk pulang ke rumah, karena kematian korban tragis dan panas jadi perlu untuk didinginkan atau perlu coolling down. Ritual ini juga adalah bentuk penyerahan dan pengakuan pada kuasa Sang Khalik atau Tuhan,” tutur Johanis.
Disaksikan kala ritual itu digelar, Rabu (05/04) siang kemarin, seekor ayam dan seekor kuda dikorbankan, dan oleh Wunang sebagian isi dalam kedua ternak yang dikorbankan itu dicermati dan diterawang.
Adapun pencarian sisa-sisa potongan tubuh korban masih terus dilakukan oleh sejumlah warga dan kerabat korban seiring dengan pencarian dan perburuan buaya-buaya yang diduga kuat memangsa korban.
Informasi yang dihimpun dari aneka sumber menyebutkan pencarian dilakukan hingga malam hari dan bahkan meluas hingga wilayah muara sungai di Kelurahan Kambaniru. Juga disebutkan seekor buaya besar telah ditemukan dan telah ditombak oleh pawang dan sejumlah warga namun berhasil meloloskan diri menerobos jaring dan kabur ke arah muara.(ion)