Waingapu.Com – Suluh Lingkungan Consultant (SL – Consultant), Selasa (28/08) hingga Jumat (30/08) menggelar ‘Kegiatan Pelatihan Mengolah Daun kelor Menjadi Menu Makanan’ kepada warga Warambadi, Kecamatan Pahunga Lodu, Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), NTT. Kegiatan yang diikuti oleh para anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Translok Bidi Hunggar itu terlaksana atas kemitraan Radio Max Waingapu Foundation (RMWF) dan didukung LIFE Jepang.
Dalam rilis yang diterima media ini, Kamis (29/08) malam lalu disebutkan, para peserta nampak antusias mengikuti bimbingan dan pelatihan serta pengenalan cara mengolah daun kelor menjadi aneka menu nan menggugah selera, juga kaya akan gizi dan nutrisi. Adalah Adrianus Petrus Lagur, dari SL – Consultan yang menjadi mentor dalam kegiatan itu. “Jadi SL – Consultant menyediakan jasa pelatihan pengolahan daun kelor untuk berbagai resep. Diantaranya pengembangan resep dari bubuk daun kelor yang lalu diolah menjadi resep stik kelor, resep roti atau cake, Teh celup kelor, mie kelor, krupuk kelor,kapsul kelor dan puding puding kelor,” urai Adi Lagur.
Adi Lagur lebih lanjut mengatakan, pengembangan resep-resep itu sudah tentu bertujuan padapeningkatkan gizi anggota keluarga berekonomi lemah. Selain itu kata dia, dalam pelatihan itu juga dibantu oleh mentor Ibu Santi juga dari SL – Consultan.
Sementara itu Heinrich Dengi dari Radio Max Waingapu Foundation mengatakan, manfaat gizi yang besar dari kelor untuk keluarga dan bisa diolah menjadi berbagai resep untuk menarik minat warga untuk konsumsi, menjadi beberapa faktor yang menjadi perhatian Yayasannya mendukung kegiatan itu.
Namun demikian, kata Heinrich lebih jauh, kondisi lingkungan warga sekitar diperhadapkan pada masih minimnya pohon kelor yang nantinya penting untuk menjadi bahan baku. “Terkait kondisi dimana masih mnimnya pohon kelor di lingkungan sekitar warga hang mengukuti pelatihan, Radio Max Waingapu Foundation berkomitmen untuk bersama warga di sekitar translok Warambadi atau paling tidak di sekitar lokasi rumah ibu-ibu peserta pelatihan untuk menanam anakan kelor yang sudah harus dimulai paling lambat pada musim penghujan mendatang,” imbuhnya.
“Kami senang bisa mendapatkan pelatihan seperti ini, selama ini kami tahunya hanya rebus saja kalau makan daun kelor. Ini ternyata bisa diolah jadi macam-macam juga pasti anak-anak kami suka,” ungkap Ina Nai Ndamung, salah satu peserta pelatihan itu. (ped-ion)