Waingapu.Com – Sudah menjadi kelaziman dimasa kini, tenun ikat Sumba Timur disukai atau digemari khalayak dalam dan luar ngeri. Namun tidak banyak yang mengetahui detail proses pengerjaannya hingga menjadi sebuah maha karya yang merupakan warisan leluhur putera dan puteri Sumba Timur (Sumtim) NTT. Tak hanya sebatas kata dan jargon untuk mengenal dan melestarikannya, SMA Negeri 01 Kambera, merealiasasikan dengan menfokuskan tenun ikat sebagai bagian dalam Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan, bagi para siswa dan siswinya. Dalam kaitan dengan hal ini, Senin (26/08) hingga Selasa (27/08) lalu, In House Training di Sanggar Ori Angu, Kelurahan Lambanapu dilaksanakan.
“Sebenarnya di Sekolah kami telah memberikan pembelajaran tentang tenun ikat sejak tahun 2013 lalu. Hal itu didasari dengan niat untuk melestarikan tradisi dan budaya juga melatih anak-anak untuk tertarik dan terampil dalam menenun agar bisa menjadi sumber penghasilan dan membantu perekonomian diri dan keluarga. Jadi tidak mudah tergiur untuk menjadi TKI dan TKW di luar negeri juga merantau di luar Sumba, tapi berwirausaha di tanah kelahirannya jauh lebih baik,” jelas Putiyani Rambu Lepir, Kepala Sekolah SMAN 01 Kambera, kepada media ini ketika ditemui kala itu.

Adapun dalam kegiatan itu, tidak hanya diikuti oleh puluhan siswa/i dari SMAN 01 Kambera, namun juga lintas sekolah yang disebut sekolah imbas. “Jadi kegiatan ini mengenalkan tenun ikat mulai dari proses awal hingga akhir menjadi sebuah kain tenun siap pakai atau siap untuk dipasarkan. Kegiatan ini selain diikuti oleh para siswa-siswi dari sekolah kami juga dari lima sekolah imbas yakni SMA Kristen Payeti, SMA PGRI, SMA Katholik Andaluri, SMA Negeri Pandawai, SMA Muhamadiyah,”urai Marselinus Nggau Roti, guru Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan SMAn 01 Kambera, dalam kesempatan terpisah di Sanggar Ori Angu.

Siswa dan siswi peserta kegiatan ini bahkan juga guru pendamping dari sekolah imbas juga nampak antusias mengikuti. Hal itu nampak dari keseriusan peserta mengikuti kegiatan dari hari pertama dan kedua secara detail baik dalam bentuk teori maupun praktek yang diberikan oleh para tutor berpengalaman seperti pemilik dan pimpinan sanggar Ori Angu, Yuli Emu Litidjawa.

“Sekolah kenalkan kami tenun ikat dan juga menunjukan dan mengajarkan kami secara langsung atau tidak teori saja. Jadi sebagai murid kami senang sekali karena bisa tahu cara tenun mulai dari awal hingga akhirnya. Kami juga bisa melestarikan tradisi dan budaya ini, kami bangga dengan kegiatan juga kain tenun ikat Sumba Timur,” jelas Simon Kevin Laindima, diamini Alfonsa Herlince Loda Nangi, rekannya sesama pelajar SMAN 01 Kambera.
“Ini yang kami lakukan hari ini dan juga ke depan menjadi modal sekolah kami mengikuti kegiatan festival di Bandung dalam waktu dekat,” timpal Alfonsa.
Martha Susi Susanti, guru pendamping dari SMA PGRI – Waingapu juga menyatakan apresiasi posoitif pada kgiatan In House Training itu. Selain bisa menambah wawasan bagi diri dan juga siswa-siswinya juga tentunya bisa menanamkan rasa cinta pada karya tenun ikat Sumba Timur. “Selain menambah wawasan bagi kami tentu kami juga lebih mengetahui proses dari wal hingga menjadi kain tenun ikat yang indah dan hebatnya lagi, prosesnya natural. Ragam motif juga bisa kami tahu, jadi amat sangat menarik dan pantas untuk terus ada dan ditingkatkan kegiatan-kegiatan seperti ini baik dari sisi kuantitas peserta juga kualitas tentunya,”papar guru muda yang biasa disapa ibu Susi oleh anak didiknya itu.
Sekitar 11 tahapan dalam proses tenun ditunjukan dan dipraktekan oleh para peserta. Dimana diantaranya proses seperti memintal kapas menjadi benang, mencari dan mengumpulkan indigo dan morinda atau akar mengkudu sebagai bahan pewarnaaan, menghani, menggambar corak dan lalu mengikat dan mewarnainya juga menenunnya ditunjukan dan dipraktekan langsung oleh para peserta.(ion/ped)