Waingapu.Com – Warga asli pulau Sumba kaya akan adat dan tradisi yang diwarikan turun temurun dari generasi ke generasi. Namun tak dapat dipungkiri ada beberapa tradisi yang tinggal cerita atau minimal mulai jarang dipraktekan lagi. Salah satu tradisi yang kini mulai langka ditemui adalah tradisi Heringu Kanigi, sebuah tradisi yang merupakan warisan leluhur bagi putera dan puteri Wanokaka, Kabupaten Sumba Barat (Sumbar) NTT. Beruntung, dalam himpitan modernisasi dan globalisasi, masih ada figur yang berupaya untuk terus melestarikan tradisi itu.
Adalah figur Marthen Ngailu Toni, yang punya niat dan tekad untuk tetap melestarikan tradisi Heringu Kanigi itu. Niatan yang direalisasikan dalam dunia nyata dan dimulai dari diri dan keluarganya. Bukannya niatan yang sebatas pemanis slogan dan propaganda. “Setiap musim tanam padi kami selau praktekan Heringu Kanigi itu. Jadi selalu ada nyanyyian dari mama-mama mengiringi proses penanaman padi,” jelas Toni yang dihubungi media ini via jalur WhatsApp sepekan silam, pasca video nyanyian kaum ibu dan perempuan Wanokaka menanam padi sembari lantunkan nyanyian dan sorakan dan tarian yang viral di media sosial populer.
Ditanya tentang syair atau lirik yang dilantunkan kaum ibu dan perempuan Wanokaka itu berisikan pesan apa? Toni yang kini masih menjabat sebagai Wakil Bupati Sumba Barat itu mengatakan secara garis besar berisikan kegembiraan dan sukacita. “Sebenarnya ada banyak lagu yang mereka nyanyikan, secara umum bercerita tentang kegembiran atau sukacita. Karena bisa mengolah tanah, menanam padi di lahan yang telah dikaruniakan Sang Pencipta. Juga keyakinan akan diberikan berkat Tuhan dalam bentuk hujan dan tanaman padi yan subur. Jadi ada perpaduan sukacita, syukur dan pujian bagi Sang Pencipta,” urainya.

Yang juga menarik, pelestarian tradisi Heringu Kanigi itu, tak hanya sebatas diserukan dan kemudian dilaksanakan di areal persawahan milik warga atau rakyat kebanyakan, tapi juga dilakukan di lahan sawah milik Ngailu Toni sendiri. “Jadi yang divideo itu pak, itu dipraktekan sejak beberapa tahun silam. Dan itu di sawah saya yang letaknya di Lahi Pangalang, Desa Hupu Madda. Yaaa memang tidak luas sekali pak, hanya satu hektar. Tapi paling tidak yang saya mau agar pelestarian budaya dan tradisi itu tetap jalan atau terealisasi. Jadi kita yang dipercaya sebagai pemimpin tidak sebatas berkata – kata namun diwujudkan dan memberi contoh nyata,” ungkapnya.
Terpisah dihubungi media ini, mama Hera Kaka dan Peda Nallu yang juga ambil bagain dalam Heringu Kanigi yang videonya kemudian menyita warga jagad maya itu menyatakan kegembiraannya bisa turut melestarikan budaya dan tradisi leluhur. “Kami senang bisa ikut lestarikan tradisi dan budaya Heringu Kanigi itu pak. Kami selalu kalau tidak ada kendala, kami upayakan ikut tanam padi di keluarga terkait atau kenalan,” kata Hera Kaka.
“Kami senang sekarang tradisi Heringu Kanigi ini bisa diketahui oleh orang diluar. Lewat video yang tersebar itu. Biasanya bukan hanya saat tanam saja ada yang begini, kalau panen juga biasanya ada juga nyanyi dan menari,” imbuh Peda Nallu. (ion)