Waingapu.Com – Pandemi Covid-19 berdampak pada ragam aspek kehidupan warga umumnya terutama yang tingkat penghasilannya terkategori menengah dan kecil. Realita itu juga hingga kini masih akrab pada kehidupan para pengrajin tenun ikat khas Sumba Timur (Sumtim) – NTT. Orpa Hawur (58) dan keluarganya adalah salah satu bukti nyata yang mengalaminya. Ekonomi keluarganya ditopang dari menjadi penggali pasir plus aktifititasnya sebagai penenun alami saat surut.
“Memang sulit untuk menjual kita punya kain tenun ikat. Pembeli jadi jarang karena memang biasanya pembeli ramai, tapi sejak Covid-19, tamu menurun dan pembeli juga hampir tidak ada,” ungkap Orpa kala ditemui di kediamannya yang terletak di wilayah Tana Wurung, Kelurahan Lambanapu, Kecamatan Kambera, beberapa hari lalu.
![Pengrajin Tenun Ikat Sumba](https://www.waingapu.com/wp-content/uploads/2020/11/pengrajin01.jpg)
Sambil tetap memainkan peralatan tenun kain jenis Hinggi Kawuru (Kain tenun ikat Sumba timur yang dominan berwarna biru tua, – red) Orpa menjelaskan, wisatawan mancanegara dan domestik adalah pasar yang menjanjikan bagi para penenun, baik dengan cara menjualnya langsung atau dititipkan pada toko-toko tenun ikat yang tersebar di kota Waingapu dan Kecamatan Kambera.
“Kalau sudah terdesaak seperti sekarang ini, yaa mau tidak mau yang paling cepat untuk kita bisa dapat uang adalah dengan gadai kain tenun. Saya biasa gadai kain tenun di Pegadaian Prailiu. Sebentar saya mau ke sana,” jelasnya sembari merapikan peralatan tenunnya dan bersiap mengambil kain tenun yang telah disiapkan sebelumnya itu.
Wajah dan pancaran mata yang lebih berbinar nampak terpancar kala dirinya keluar dari kantor Pegadaian Cabang Prailiu. “Syukur tadi kain diterima dan saya dapat pinjaman. Jadi bisa saya bawa untuk cukup kebutuhan harian juga beli benang lagi untuk bahan. Sangat membantu saya dan keluarga ini pegadaian saat Covid ini juga saat sebelum Covid,” jelasnya dari balik masker yang ‘setia’ dikenakannya saat pandemi setiap berkatifitas diluar rumah itu.
“Disini kain tenun ikat yang diterima untuk dijadikan agunan atau jaminan untuk dapatlan kredit bisa kain jenis Kombu juga Kawuru. Kredit yang diberikan bisa mulai ratusan ribu hingga di atas satu juta, tergantung jenis dan kualitas kainnya,” jelas Meriyona R. Molana, Kepala Pegadian Cabang Prailiu melalui Denisius D.T, penafsir di kantor yang berhadapan dengan stadion Rihi Eti Prailiu itu, saat ditemui terpisah beberapa hari lalu.
Pertimbangan kualitas juga punya nilai historis serta ekonomi, lanjut Denisius yang menjadi sejumlah alasan pegadaian menerima kain tenun ikat Sumtim sebagai jaminan atau agunan.
“Kain tenun ikat Sumba itu selain punya nilai ekonomi yang tinggi juga nilai historis dan kualitas bagus. Jadi sejak lama pegadaian menerima kain tenun untuk dijadikan jaminan,” paparnya.
Denisius juga tak menampik dampak Pandemi Covid-19 pada jumlah nasabah atau warga yang datang menggadaikan kain tenun ikat. “Memang alami peningkatan jumlah warga yang datang gadaikan kain tenun ikat saat pandemi Covid-19, bahkan kami kadang harus siapkan tempat extra untuk menyimpan dengan baik kain yang dijadikan jaminan karena tempat yang disiapkan sudah penuh,” pungkasnya. (ion)