Waingapu.Com – Warga di Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), NTT, mulai kelimpungan hadapi ‘invasi’ hama belalang Kembara (Locusta Migratoria). Pasalnya selain pestisida atau obat pembasmi hama di Badan Penyuluhan Pertanian dan Perikanan (BP3K) habis, juga stok pestisida dan keuangan yang dimiliki warga terbatas.
Seperti yang disampaikan oleh Tay Renggi Lewa (30) warga desa Haikatapu, yang ditemui beberapa hari lalu. “Ini obat saya beli sendiri sudah pak, yaa kebetulan ada uang sedikit. Tapi ini juga paling tidak lama habis. Padahal belalang masih banyak di padang dekat-dekat sini,” jelasnya.
Wolu demikian ia biasa disapa itu, ditemui wartawan di areal persawahannya di wilayah desa Tana Raing, nampak getir menatap sawahnya yang hijau namun di sisi kanan sawahnya hamparan padang sabana yang dijejali belalang bak tinggal menunggu kans tepat untuk menyerang.
“Ada satu hektar sawah saya Pak, ini sudah hari ke empat saya semprot. Tapi esok kembali ada lagi belalang,” imbuhnya lirih sembari tetap menyemprot belalang-belalang di tanaman padi dan pematang sawahnya.
Seperti terlihat kala itu, koloni belalang memang terdapat pada padang-padang sabana, juga jejali beberapa bidang jalanan desa.
Aroma amis menyeruak dari bangkai-bangkai belalang yang mati tersemprot maupun tergilas kendaraan bermotor. Aroma serupa juga mengusik kenyamanan warga di persawahan, karena bangkai belalang yang membusuk dalam genangan air di sawah.
“Kalau bisa bantuan obat cepat datang dari Kabupaten Pak. Kalau tidak habis sudah kita punya sawah. Ini masih banyak di padang Pak, belum terlihat semua,” harap Isack seorang warga lainnya yang baru pulang dari mengontrol padi tidak jauh dari lokasi sawah Wolu.(ion)