Waingapu.Com – Tak bisa dipungkri pesona pantai Walakiri di Kelurahan Watumbaka, Kecamatan Pandawai, menjadi salah satu icon wisata alam unggulan di kabupaten Sumba Timur, NTT. Namun tak bisa pula disangkali, kian ramainya wisatawan nusantara (Wisnu) dan Wisatawan Mancanegara (Wisman) mengunjungi lokasi ini, membawa dampak dan tantangan pada keberlangsungan atau kelestarian alam setempat, juga keberadaan dan perlakuan pada sampah yang dihasilkan dari ragam aktifitas wisata.
Sehubungan dengan kondisi itu, Konsorsium UPKM/CD Bethesda YAKKUM – SOPAN – Yayasan KOPPESDA, Selasa (28/06/2022) dan Rabu (29/06//2022) mengadakan Edukasi Pengelolaan / Konservasi Lingkungan di sekitar tujuan wisata, dan pengadaan tempat sampah terpilah.
Yustina Dama selaku koordinator kegiatan, ketika menghubungi media ini via Whatsappnya Senin (27/06/2022) malam menjelaskan, permasalahan sampah di tempat wisata dari dulu hingga saat ini masih menjadi topik hangat di dunia pariwisata.
Dikatakannya, dampak dari penumpukan sampah di area wisata dirasakan oleh lingkungan sekitar. Mulai dari pencemaran ekosistem laut, pencemaran udara, hingga berdampak langsung pada kesehatan manusia. Jika sampah-sampah tersebut hanya didiamkan saja, maka akan berdampak buruk di masa yang akan datang.
“Untuk menciptakan pariwisata yang dapat menjamin kelestarian alam dan budaya, maka diperlukan konsep pariwisata berkelanjutan atau Sustainable Tourism. Pariwisita berkelanjutan merupakan konsep pariwisata yang memperhitungkan seluruh dampak dari segi ekonomi, lingkungan, serta sosial. Baik untuk masa kini ataupun di masa yang akan datang. Sehingga tidak hanya berdampak pada ekonomi saja, namun juga dapat menjamin kelestarian lingkungan dari tempat wisata,” paparnya.
Lebih lanjut Yustina mengatakan, sebanyak 20 warga yang berdomisili sekitar pantai Walakiri akan ikut dalam kegiatan itu. Kegiatan ini dimaksimalkan untuk lebih inklusif yakni dengan melibatkan semua kompoen termasuk yang berkebutuhan khusus. Nantinya secara umum bertujuan agar para peserta bisa memahami pentingnya konservasi lingkungan di lokasi wisata untuk mendukung kelestarian lingkungan dan pengurangan risiko bencana. Tak hanya itu, kata dia, warga juga bisa memahami pemilahan sampah organik dan non organic, dapat mendaur ulang sampah organik menjadi pupuk, dapat mendaur ulang sampah non organik atau plastik menjadi suatu barang yang mendatangkan nilai ekonomi.
“Jadi nanti masyarakat diajarkan bagaimana mengolah kembali sampah non organic menjadi barang yang punya nilai ekonomis seperti menjadi tas, keranjang, kursi dan lainnya,” timpal Yustin yang merupakan salah satu relawan Solidaritas Perempuan dan Anak (SOPAN) Sumba itu. (ion)