Waingapu.Com – Festival Sandalwood yang berisi Parade 1001 Kuda Sandalwood hingga Festival Tenun Ikat Sumba dengan rangkaian acara pameran dan atraksi 2017 penenun kain khas Sumba, lomba desain dan fashion show serta pentas seni, resmi dibuka Senin (03/07) siang oleh Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, di Lapangan Rihi Eti, Kecamatan Kambera dan dilanjutkan ke Taman Wisata Sweemback – Matawai, Kecamatan Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur (Sumtim).
Banyak warga di Sumtim yang sebelumnya diberi asa oleh panitia, seputar kehadiran Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi). Asa itu kian membuncah seiring dengan pengumuman dan publikasi yang dilakukan oleh Dinas terkait khususnya Dinas Komunikasi dan Informasi. Namun ketika makin mendekati hari pelaksanaan justru yang kian jelas adalah ketidakhadiran mantan Wali Kota Solo itu.
Festival Sandalwood dengan Parade 1001 kudanya itu juga membuat sejumlah warga membayangkan realisasi dari kehebohan atau spektakulernya acara itu, dimana 1001 ekor kuda akan memberi kesan yang tak terlupakan tak hanya bagi warga juga tentunya bagi pemerintah sedaratan Sumba dan tentunya Pemprov NTT.
Namun realisasinya tidaklah demikian, 1001 kuda justru ‘dicicil’ empat kabupaten secara bergiliran. Dimulai dengan Sumtim dengan parade 250 ekor kuda, kemudian jumlah yang sama akan diparadekan pula oleh Kabupaten Sumba Tengah dan Sumba Barat. Sedangkan Sumba Barat Daya nantinya akan mendapatkan jatah lebih satu ekor kuda alias 251 ekor kuda, hingga jika ditotalkan menjadi 1001 ekor kuda.
Acara yang sejatinya jika dikemas lebih apik dan tidak terkesan terburu-buru itu, tentu akan sangat bermanfaat bagi perkembangan pariwisata dan perekonomian warga di Pulau Sumba. Namun tambur dan gong telah ditabuh dan festival inipun harus tetap terlaksana. Carut marut persiapan hingga pelaksanaannya biarlah menjadi catatan agar event serupa yang nantinya diwacanakan akan menjadi event tahunan itu jadi lebih baik dan berkualitas.
Pepatah tua mengatakan, ‘Keledai tak akan jatuh pada lubang yang sama’ tentu akan menjadi pedoman bagi pihak penyelenggara di masa datang. Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, kepada para awak media juga sepenuhnya mengamini kekurangan dan ragam keterbatasan yang mengemuka sejak persipan hingga pembukaan event ini.
“Tahun ini kita sadar masih ada kekurangan tapi ini menjadi event tahunan dan akan terus menerus dilakukan. Dan tentunya aka nada pembenahan-pembenahan juga aka nada kreasi-kreasi baru untuk lebih menyemarakan acara atau festival seperti ini. Menurut saya parade kuda yang luar biasa ini menarik dan kuda sandalwood hanya ada di Sumba, tidak ada parade serupa di manapun didunia ini,” urai Frans Lebu Raya.
Sinergitas pemerintah Propinsi juga Pemerintah Kabupaten se Pulau Sumba juga tak bisa ditepikan untuk ditingkatkan dalam pelaksanaan berikutnya. Ego wilayah hingga ego sektoral harus ditekan semaksinimal mungkin jika memang tak bisa dilenyapkan total, hingga event ini maupun event sejenis tidak hanya besar dalam anggaran yang dikucurkan pemerintah, namun juga bermuara pada manfaat yang jauh lebih besar dan nyata bagi rakyat yang merupakan sumber anggaran itu berasal.
“Event ini akan menjadi kalender tetap atau event rutin untuk Sumba Timur dan bekerja sama dengan pemerintah Propinsi NTT. Selain itu tentunya empat Kabupaten di Sumba ini harus bersinergi, hingga nantinya semua bisa sama-sama memperoleh manfaat. Akan sangat baik jika empat Kabupaten ini sinergi mendata obyek-obyek wisata dan ritual-ritual budaya untuk dijadikan panduan bagi wisatawan yang akan datang ke Sumba. Sehingga wisatawan bisa lebih lama di Sumba dan berkisinambungan menikmati pesona alam dan budaya Sumba,” papar Bupati Sumtim, Gidion Mbiliyora, pada media ini di salah satu stand pameran kain tenun ikat khas Sumtim.(ion)