Festival Wai Humba IV: Waspada, Tanjung Sasar Dijual!

oleh
oleh

Waingapu.Com – Informasi sekaligus warning akan dijualnya Tanjung Sasar di Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), NTT untuk menjadi lahan investasi

pembangunan Hotel dan sejenisnya mengemuka dalam Festival Wai Humba IV. Informasi itu sudah tentu membuat sebagian besar para peserta Festival yang dilaksanakan di Paponggu, Desa Praikaroku Djangga, Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat, Kabupaten Sumba Tengah (Sumteng) tersentak dan spontan menggalakan spirit penolakan.

“Ancaman perusakan terhadap martabat tanah Sumba dari Sumba Timur hingga Sumba Barat Daya, dari ujung Mangili Waijellu hingga ujung Pero, Tanjung Sasar akan dibeli karena akan dijual oknum tertentu. Apakah kita diam? Tanjung sasar adalah permulaan kedatangan nenek moyang kita, hingga menjadi tanah yang bermartabat dan punya nilai historis bagi orang Sumba, kita kini sepakat untuk satukan tekad dan spirit untuk menolak pembangunan hotel dan villa di atas tanah Tanjung Sasar,” tandas Umbu Wulang Tana Amahu Paranggi, inisiator dan dinamisator Festival Wai Humba itu dalam orasi dan sambutannya, Sabtu (14/11) lalu.

Baca Juga:  SSI Siap Sukseskan & Meriahkan Festival Parade 1001 Kuda Sandel

Lebih jauh dijabarkan Umbu Wulang yang juga dikenal sebagai aktivis lingkungan hidup dan pelestarian budaya itu, perjuangan untuk mempertahankan martabat tanah Sumba, yang diantaranya dengan menolak privatisasi Tanjung Sasar yang akan dijual dan dibeli pihak luar ataupun pihak asing adalah perjuangan dan perlawanan ‘Semesta Sumba’

“Ini bukan perjuangan orang Sumba Timur semata, karena tanjung Sasar merupakan tempat pijakan pertama nenek moyang kita seluruh orang Sumba. Jadi perlawanan kita adalah perlawanan semesta Sumba. Kepada Bapak Pemerintah Sumba Tengah yang kali ini hadir kami minta untuk berkomunikasi dengan pemerintah Sumba Timur untuk jangan membiarkan hal itu terjadi, tanah tanjung sasar dikuasai pribadi. Karena jika itu terjadi, maratabat tanah ini telah runtuh. Tidak usah bicara cinta Sumba jika tanah bersejarah yang menjadi tempat pijakan pertama nenek moyang kita justru dikuasai pribadi,” jabar Umbu Wulang disambut pekikan tolak tambang dan tolak privatisasi Tanjung sasar oleh para peserta Festival.

Baca Juga:  Cultukar, Kolaborasi Indonesia Qatar, Membuat Kerajinan Sumba Timur Mendunia

Solusi lain yang bisa dilakukan untuk penyelamatan Tanjung Sasar, imbuh Umbu Wulang adalah kesepakatan pemerintah empat Kabupaten di pulau Sumba untuk menjadikan Tanjung Sasar sebagai situs cagar budaya Sumba.

Dalam sambutannya, mewakili Bupati Sumteng, Umbu Djoka, Asisten II (dua) Setda. Sumteng menyatakan, spirit pelestarian lingkungan hidup dan budaya juga merupakan spirit Pemkab. Sumteng.

”Kita sepakat, untuk melestarikan lingkungan dan budaya Sumba. Jadi siapapun yang datang dari luar untuk merusak alam dan budaya Sumba kita akan sama-sama menolaknya,” tandas Umbu Djoka.

Sebelumnya, kepada Wartawan, Marlan Umbu Hina, Ketua Panitia Pelaksana Festival ini menyatakan, Festival ini merupakan salah satu implementasi semangat kerelawanan dan keswadayaan demi menyelamatkan tanah Sumba dari perusakan lingkungan dan nilai-nilai budaya yang berkaitan erat dengan penyelamatan lingkungan.

Baca Juga:  Bupati Sumba Timur Pastikan, Polemik Pengelolaan & Kepemilikan Lapangan Prailiu Tak Akan Terulang

Festival ini sendiri berlangsung tiga hari (13-15 November) dan di isi aneka acara seperti teaterikal, penghijauan dan ritual-ritual budaya Sumba yang dilakukan oleh para tetua adat yang berasal dari empat Kabupaten di Pulau Sumba. Rencananya Festival Wai Humba V (lima) akan dilaksanakan di Tanjung Sasar, Kabupaten Sumtim.(ion)

Komentar