Waingapu.Com – Aneka kreasi seni ditampilkan oleh keluarga besar SMA Negeri 01 Kambera, Kabupaten Suumba Timur (Sumtim), NTT, dalam Pentas Seni (Pensi), Sabtu
(12/11) pagi hingga menjelang sore hari, di halaman depan sekolah. ‘Mengejar Impian’ adalah tema dari Pensi yang pertama kali digelar oleh sekolah ini. Namun demikian, antusias peserta maupun para penonton dalam kegiatan ini justru terkesan melampaui asa yang ‘diimpikan’ penyelenggara.
Pagelaran Luluku dalam tradisi masuk minta jelang perkawinan, sajian aneka tarian tradisional dan kreasi baru, pertunjukan drama dan Band, hingga peragaan busana dan modern dance adalah beberapa acara yang sempat disaksikan Waingapu.Com bersama rekan jurnalis lainnya berbaur bersama seribuan penonton dari aneka latar belakang usia dan profesi itu.
“Kegiatan ini ada hubungannya dengan pendidikan muatan lokal di sekolah ini. Jadi tadi ada tarian dan juga peragaan busana, dimana kain tenun yang digunakan adalah sebagian hasil karya tenunan anak-anak dalam muatan lokal tenun ikat di sekolah. Selain itu kegiatan ini adalah upaya untuk memberikan apresiasi dan pengakuan atas bakat dan potensi anak, yang mana mungkin selama ini orangtuanya juga rekan-rekan sebayanya belum sepenuhnya tahu, kegiatan ini adalah salah satu ajang untuk para siswa dan siswi,” papar Putiyani Rambu Lepir, kepala sekolah SMAN 01 Kambera, disela-sela acara Pensi kepada para Wartawan.
Putiyani juga menjelaskan mimpi sekolah untuk miliki peralatan pembuatan keramik dari bahan tanah liat untuk menjadi salah satu bagian dalam pelajaran muatan lokal.
“Di sini nama tempatnya adalah Tana Wurung jadi tanah yang sejak lama ideal uuntuk pembuatan keramik, ke depan kami berharap bisa memiliki alat untuk bisa membuat dan mengajarkan pada para murid,” imbuhnya.
Pensi ini juga memamerkan sejumlah peralatan dan proses pembuatan kain tenun, majalah dinding, hingga kampanye untuk membudayakan membaca pada para generasi muda khususnya dan para penonton dan pengunjung umum.
“Dengan membaca banyak hal yang bisa kita tahu dan kita bisa belajar dari berbagai hal positif dari membaca. Apalagi sekarang sebenarnya bisa jauh lebih mudah untuk membaca, bisa membaca koran atau majalah dalam bentuk cetak maupun bisa pula membaca lewat media elektronik dengan mengaksesnya dengan menggunakan handphone misalnya.” urai Maya, siswi kelas XI bahasa yang bersama Anastasya mengkampanyekan budaya membaca dengan cara berbeda yakni mengenakan busana modifikasi dar kertas koran bekas itu.
“Ini ide guru dan kami para siswa kelas Bahasa, selain bisa mendaur ulang bahan bekas, juga pesan penting lain yang mau disampaikan adalah ajakan untuk mengisi waktu luang dengan perbuatan-perbuatan positif, diantaranya dengan membaca. Kata orang bijak, membaca adalah jendela dunia,” tukas Anastasya.(ion)