Waingapu.Com – Pernyataan ‘perang’ pada masalah stunting, gizi kurang dan buruk di Kabupaten Sumba Timur, NTT, juga digaungkan oleh Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TPPKK). Sejumlha strategi disiapkan dan akan menjadi senjata dalam upaya meminalisir atau bahkan mengentaskan problema pada anak dan balita itu.
Ketua TPPKK Kabupaten Sumba Timur, Merliyati Praing Simanjuntak memaparkan kepada wartawan sejumlah langkah atau strategi yang akan diterapkan. Masalah stunting sebut dia, bukan lagi hasalah maslaah biasa sehingga harus dilawan dengan cara biasa namun harus disikapi sebagai persoalan luar biasa, sehingga yang tepat adalah diksi ‘Perang!”
“Masalah stunting bukan lagi persoalan biasa yaa tapi kita sudah nyatakan perang. Untuk itu sejumlah kegiatan dilakukan PKK hingga ke level Dasa Wisma. Masyarakat dilibatkan dari 10 hingga 20 rumah atau level RT. Masyarakat diorganisir untuk melakukan gerakan cepat,” tandasnya.
Gerakan cepat dimaksud, urai Merliyati diwujudkan dengan gerakan kemanusiaan. Dimana dengan langkah itu, masyarakat dipacu untuk peka pada keadaan sekitar dalam kaitan dengan stunting, gizi kurang dan buruk.
“Jadi mari kita melihat tetangga kita, depan, belakang, samping kiri dan kanan kita yang alami stunting, gizi kurang dan buruk bahkan kemiskinan. Kalau ada mari kita yang merasa mampu menjadi orang tua asuh. Kalau tidak ada, diluaskan cakupannnya ditingkat RW atau bahkan desa dan kelurahan,” urainya.
Disamping itu, papar Merliyati lebih lanjut, upaya jangka pendek, menengah dan panjang juga akan diterapkan dalam bentuk gerakan bersama. Dalam fase ini, sebut dia akan dioptimalkan seluruh potensi dan sumber daya yang ada untuk memerangi stunting, gizi buruk, kurang dan bahkan kemiskinan.
“Kita mulai dari level dasa wisma hingga ketingkat kecamatan. Dimana nantinya revitasliasi dasa wisma terintegrasi dengan pariwisata. Nantinya seluruh program pokok PKK dilaksanakan terintegrasi dengan pariwisata berbasis masyarakat,” paparnya.
Merliyati yang diwawancarai media di sela-sela kegiatan Rapat Kerja (Raker) Pamong Praja dan Forum Perangkat Daerah di Gedung MPL Umbu Hapu Mbay, Payeti, Kambera, Rabu (06/04/2022) lalu lebih lanjut menyambung, pada level keluarga digerakan untuk membuat kebun perang stunting pada level komunitas. Juga digerakn unntuk membuat apotik dan dapur hidup.
“Dengan semua itu diharapkan persoalan paling mendasar yakni persoalan perut itu bisa teratasi. Namun semuanya itu kita paketkan dalam sebuah gerakan revitalisasi dasa wisma yang terintegrasi dengan pariwisata. Sehingga nantinya ada 22 kecamatan ada 22 rumah potensi misalnya, di Kambera dengan rumah pisang, Haharu dengan rumah kacang, rumah kopi di Tabundung, kapas di Nggaha Ori Angu, rumah nenas di Matawai Lapawu, pinang di Paberiwai,” jelasnya.
Namun demikian sebut Merliyati, itu bukan hanya sekedar gerakan menanam semata tapi bisa menigmkatkan ekonomi masyarakat hingga rantai kemiskinan bisa terurai. “Peningkatan rasa percaya diri masyarakat bahwa mereka bisa melakukan itu. Itu semua dibungkus dalam sebuah pendekatan sesuai filosofi hidup yang ada di masyarakat. Hannya dengan peran aktif dan didukung kekutan penuh dari warga, barulah pemerintah bisa mengatasi sejumlah persoalan mendasar di masyarakat ” pungkasnya. (ion)