Waingapu.Com – Pernahkah kenyamanan anda berkendara di seputaran jalan Protokol di Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), NTT, kemudian terusik dan dikejutkan dengan seekor atau bahkan sekawanan kambing melintasi jalanan? Itulah kondisi yang hingga kini seakan tak bisa lepas dari dinamika lalulintas kota Waingapu.
Betapa paniknya kambing, beberapa hari terakhir ini seiring hujan yang membasahi kota Waingapu dan sekitarnya. Kepanikannya yang berimbas pula pada kepanikan, keterkejutan atau bahkan bisa berubah menjadi petaka bagi para pengguna jalanan, pengendara kendaraan bermotor, apalagi kendaraan roda dua.
“Parah juga kalau kita lagi jalan dengan motor begini, tiba-tiba kambing lari potong jalan, untung saja tidak terjadi apa-apa. Sempat kaget dan rem tiba-tiba, beruntung juga mobil dibelakang saya remnya mantap, juga saya jalan dengan motor pelan saja. Kalau tidak saya bisa nabrak kambing, jatuh bersama anak saya, lalu mobil dibelakng lindas kami,” kisah Wilhelmus, warga Kecamatan Kambera, yang ditemui sehari lalu di Taman Kota Matawai, Waingapu.
Kambing-kambing yang berkeliaran bebas itu bakan juga mengancam aneka tanaman termasuk tanaman hias di taman dan ruang terbuka hijau yang kini mulai tertata di tengah kota.
Tumpukan sampah dengan aromanya yang mengusik kenyamanan nafas, juga menjadi realita tak terbantah di Kota Waingapu kini. Tumpukan sampah dan tersumbatnya drainase seakan memberi catatan bagi warga kota, bahwasanya perlakuan dan penanganan sampah di Kota Waingapu masih jauh dari kata ideal.
“Sumba sekarang perlahan menjadi perhatian Indonesia bahkan dunia, para pelancong atau wisatawan dalam dan luar negeri mulai tertarik datang ke Sumba, dan salah satu gerbangnya adalah Kota Waingapu. Bagaimana jika kesan pertama mereka saat berkunjung sudah disajikan tumpukan dan bau busuk sampah? Juga bayangkan jika saat meninggalkan Kota justru kembali dipertontonkan sampah?” urai Adhy, seorang warga Matawai mengajak introspeksi.
Tak cukup hanya mengandalkan pasukan kuning atau tenaga kebersihan, tak cukup hanya berharap pada aksi-aksi Jumat bersih atau bakti sosial yang berkaitan dengan kebersihan dan kesehatan. Sampah di kota Waingapu, yang sejatinya masih belum pantas disebut ‘kota besar’ ini justru menjadi masalah besar.
Tersumbatnya drainase oleh sampah kala hujan baru berlangsung sekira tiga puluh menitan beberapa hari lalu di seputaran Pasar Inpres dan Terminal Matawai Waingapu beberapa hari lalu adalah sekelumit dari persoalan yang serupa yang boleh jadi terjadi di sudut lain di kota Waingapu.
“Kasihan kalau kita hanya bebankan kepada pasukan kuning, berapa kuat juga mereka? Personil terbatas, alat dan kendaraan juga terbatas. Mulai dari diri kita, yang di rumah mengumpulkan sampah dan membuangnya pada tempatnya, tidak dibuang di selokan. Yang di Pasar juga demikian, pasti masalah sampah bisa diminimalkan,” tanggap Andi, seorang rekan wartawan dalam diskusi lepas, Minggu (12/11) siang kemarin.
Air meluap dari selokan bersama sampah mencengangkan sekaligus memprihatinkan! Kondisi itu baru warning, musim penghujan belumlah menyapa Sumtim secara utuh, karena sesuai prediksi BMKG musim penghujan barulah diprediksi optimal membasahi Sumba akhir November atau awal Desember mendatang.(ion)