Waingapu.Com, Ende – Sejak awal pandemi Covid-19 memasuki Indonesia, dampaknya dirasakan oleh seluruh warga Indonesia dari ragam elemen. Perekonomian warga menjadi lesu, tidak hanya bagi para pengusaha besar tapi juga hingga ke pengusaha atau pedagang kecil. Pemasukan yang diperoleh oleh pedagang-pedagang kecil sering tidak seimbang dengan modal yang mereka keluarkan. Seperti halnya yang dialami sejumlah pedagang gorengan di Kota Ende, Kabupaten Ende, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Penulis yang menemui mereka, Kamis (25/11) malam lalu mendapati sepinya dagangan mereka dari kunjungan pembeli. Seperti halnya yang dialami Ibu Nur, yang menjual aneka gorengan di pinggiran jalan tidak jauh dari katedral Ende. Mengaku mulai usaha sejak 2019 silam, Ibu Nur sempat merasakan manisnya berjualan gorengan, kala hasilnya menguntungkan, sayangnya sejak Pandemi Covid-19, hal itu tidak lagi terjadi.
“Dulu sebelum pandemi, untungnya lumayan. Kita bisa untung kotor tiga ratus sampai empat ratus ribu, sekarang ini modal sudah keluar besar, untungnya hanya seratus ribuan, itupun jika semua dagangan habis,” ungkapnya.
Selain karena sepi pembeli, yang membuat keuntungan menurun adalah tingginya modal yang harus dikeluarkan Ibu Nur, akibat dari naiknya harga bahan-bahan baku untuk usaha gorengannya. Dikatakannya, jika dulu sebelum pandemi Covid-19, total modal yang dikeluarkan bisa Rp. 500 ribu untuk jualan seminggu, namun setelah Covid-19, harus meningkat hingga Rp. 600 ribu bahkan lebih.
“Harga sembako sekarang semua naik, apalagi mau Natal begini, jadi sudah padnemi Covid-19 juga mau hari raya,” timpalnya Ibu Nur yang juga senada dengan keluhan rekan pedagang jagung bakar tidak jauh dari tempatnya jualan, ketika ditemui penulis.
Tidak adanya sumber penghasilan lain dari usaha sampingan membawa pengaruh bagi perekonomian keluarga Ibu Nur dan juga pedagang kecil lainnya. “Kita hanya bisa berharap dan berdoa semoga ke depan Pandemi ini segera berlalu sehingga penghasilan kami jadi lebih baik. Juga tentu kalau memungkinkan dibantu modal oleh pemerintah,” pungkas ibu Nur menitip harapan. [*]
Redemta Aplonia Djawa, Mahasiswwa Fakultas Hukum, Universitas Negeri Flores, NTT