Waingapu.Com – Sumba Tourism Association (STA) prihatin akan aksi perburuan dan perlakuan ‘sadis’ pada Penyu di wilayah Pantai Marosi, Kabupaten Sumba Barat (sumbar), NTT. Satwa yang dilindungi itu nampak terus diburu untuk dikonsumsi dagingnya dan diambil cangkangnya untuk pembuatan accesories.
“Penyu adalah satwa yang dilindungi dan baru saja kita memperingati Hari Penyu Sedunia 23 Mei lalu. Sayang sekali jika penyu diperlakukan seperti itu dan perburuannya hingga kini masih terus berlanjut,” tandas Marlan Umbu Hina, anggota STA yang membidangi pemberdayaan masyarakat itu.
Marlan menunjukan kekesalannya dan keprihatinannnya dengan mengupload video penyu yang diikat dan diangkut dengan menggunakan sepeda motor ke media sosial Facebook. Unggahan Marlan itu telah dishare dan ditanggapi para warganet.
Adapun video penyu yang alami perlakuan menggenaskan itu pertama kali dishare oleh Hos, seorang guide atau pemandu wisata. Menurut Hos, dirinya dan sejumlah wisatawan yang dipandunya merasa iba dengan perlakuan warga di pantai Marosi, Jumat (26/05) siang kemarin.
“Saya membawa rombongan tour sebanyak 14 orang menuju pantai Marosi. Ketika tiba di pantai kami semua dikejutkan karena ada dua orang membawa penyu di atas motor. Tamu yang saya bawa bahkan telah menawar penyu itu dengan harga mahal namun kedua orang itu tidak mau jual. Padahal tamu saya itu berani beli dengan harga tinggi untuk selanjutnya dilepas kembali. Tapi yang menangkapnya memang tidak mau jual,” urai Hos, dalam percakapan via WhatsApp dengan media ini.
Seruan untuk perlindungan satwa penyu-pun terus meluas. Harapan agar penyu di Sumba tetap lestari diserukan seiring dengan harapan untuk menghentikan produksi dan penggunaan cangkang penyu sebagai bahan baku pembuatan aksesoris khas Sumba. Harapan untuk instansi terkait seperti BKSDA dan para penegak hukum mengambil tindakan konkrit dilapangan juga terus mengemuka.(ion)