Waingapu.Com – Teror Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga kini masih terus mencekam warga Kabupaten Sumba Timur (Sumtim) NTT. Pasalnya telah tujuh warga meninggal karena kasus DBD. Tak hanya warga yang kelimpungan karena wabah DBD ini, para medis dan juga Pemerintah setempat pun tak dapat dipungkiri dibuat kelimpungan.
DBD dengan terornya, tak bisa pula disangkali membuat mendung duka masih menggelayut seiring kepergian Hana Adriana, balita berusia 10 bulan,yang menjadi korban ketujuh yang meninggal dunia Minggu (27/01) lalu. Betapa tidak, keceriaannya kini hanya tinggal kenangan dalam keluarga Primus Werong. DBD renggut keceriaan puterinya, padahal belum genap setahun silam, isterinya Maria Jeni harus memenuhi panggilan Sang Khalik, kala melahirkan Hana buah cinta mereka.
“Awalnya demam dan panas tinggi, kami duga karena mau tumbuh gigi saja, tapi karena esoknya tidak ada perubahan kami bawa ke Rumah Sakit dan ternyata terdeteksi DBD. Kondisi terus memburuk, masuk ICU dan kemudian meninggalkan kami semua yang mencintainya,” ungkap Darius Lemad, kakek Hana dengan nada lirih ketika ditemui wartawan beberapa hari lalu.
Kisah miris yang dipicu DBD sepertinya belum akan berakhir. Selain potensi penambahan warga terjangkit, hingga kini berdasarkan informasi yang diterima media ini, disebtukan masih ada tiga warga di ruang ICU RSUD Umbu Rara Meha Waingapu yang harus jalani perawatan dan penanganan intensif para medis.
“Hingga kini telah tujuh yang meninggal dunia. Itu kalau dihitung dari pertengahan Desember 2018 lalu. Kini sudah ratusan pasien yang terdeteksi dan jalani perawatan karena DBD di tiga rumah sakit yang ada di Kota Waingapu ini. Tekait itu, kami telah tetapkan sebagai KLB dan terus melakukan upaya abatesasi, fogging juga penyuluhan kepada warga,” jelas Bupati Sumba Timur, Gidion Mbiliyora, yang ditemui kala melakukan peninjauan ke RSU Imanuel, Sabtu (02/02) siang lalu.
Berdasar dari data yang diperoleh wartawan dari tiga rumah sakit di kota Waingapu hingga Sabtu (02/02) siang lau, sebanyak 206 orang terjangkit dan dirawat karena DBD. Dan dari para penderita itu, balita dan anak mendominasi. Warga yang terjangkit DBD, tersebar merata diberbagai tingkatan kelas perawatan mulai dari kategori VIP juga kelas tiga.(ion)