Waingapu.Com – Jelang perayaan Natal lalu dan bahkan hingga menjelang pergantian tahun atau perayaan tahun baru, warga kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), NTT resah seiring bergulirnya informasi dan juga kekuatiran terus beredarnya telur ayam rekondisi dan bahkan telur ayam palsu.
Alex Behi, salah satu warga yang resah dengan kondisi itu. Warga Pada Dita, Kelurahan Kambaniru, Kecamatan Kambera, yang lazimnya membeli dan menjual telur ayam itu, menemukan telur ayam yang ditenggarainya bersama keluarganya, merupakan telur ayam rekondisi dan bahkan disebutnya palsu.
“Sudah saya temui sejak jelang Natal lalu, ini bisa saya kasih tunjuk buktinya, telur ayamnya tidak berbau layaknya telur ayam biasanya. Selain itu kuning telurnya menggumpal, dan sulit untuk disatukan dengan putih telurnya,” jelas Alex yang ditemui di kediamannya beberapa waktu lalu.
Selain itu, demikian Alex melanjutkan, telur ayam yang dibelinya itu selain untuk dikonsumsi dan untuk membuat kue jelang Natal dan Tahun Baru, juga untuk dijual kembali. Pasalnya, di lingkungannya tinggal, tidak banyak kios atau warung yang ada. Dan dikediamannya juga ini sekaligus menjadi tempat usaha kiosnya yang menjual kebutuhan harian warga.
“Awalnya banyak yang datang beli, lalu kemudian ada yang datang complain dan meminta telur diganti karena disebutnya rusak. Namun lama-lama tidak lagi ada yang complain dan juga membeli. Saat saya mau gunakan telurnya untuk makan dan juga buat kue bersama keluarga, barulah saya lihat sendiri kondisi telur yang mencurigakan ini,” urainya.
Lebih lanjut karena kekuatiranya, demikian Alex. Ia menginformasikan hal itu kepada keluarga besarnya agar mewaspadai dan meneliti lebih jauh setiap telur ayam yang hendak dikonsumsi. Informasi itu selain disampaikan dari mulut kemulut juga menggunakan media sosial facebook dan WhatApss.
“Aparat juga sudah ada yang datang melihat sample telur ayam ini. Kami berharap segera ditindaklanjuti, agar telur ayam yang jujur saya duga sebagai telur palsu atau rekondisi ini segera jelas duduk persoalannya, dan tidak meresahkan,karena kalau sampai betul, kelewatan juga orang yang menjualnya dan memanfaatkan kebutuhan warga akan telur yang lagi tinggi-tingginya ini,” pungkasnya.
Harapan senada juga dikemukakan oleh Juby Come, salah seorang warga yang juga resah dengan realita itu. “Bagaimana sudah kelanjutan proses penanganan telur palsu itu?Biar kami warga tidak resah terus. Kasihan kami ibu rumah tangga, dan punya anak yang suka makan telur ayam, jadi was-was,” ungkapnya, Minggu (30/12) sore tadi.
“Kalau telur palsu mungkin harus bukti kuat dan panjang prosesnya, namun kalau rekondisi bisa saja. Itu bisa pula diproses hukum. Masa dari satu pan telur (Pan, adalah ukuran untuk 30 butir telur ayam, -red) bisa lebih dari lima yang rusak, itu bisa saja factor kesengajaan penjual atau distributor mau cari untung besar di saat kebutuhan warga lagi tinggi-tingginya jelang Natal dan tahun baru,” tanggap Jemmy, salah satu warga yang ditemui di Waingapu petang tadi pasca membeli telur disalah penjual di Pasar Inpres Matawai.(ion)