Waingapu.Com – Aksi penyalaan lilin, doa dan ikrarkan tekad persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Indonesia (NKRI), Minggu (13/05) dilaksanakan dan digaungkan di Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur (Sumtim) NTT. Aksi itu sebagai respon atas tindakan teror yang melanda negeri ini mulai dari gugurnya aparat polisi ditangan teroris di Rutan Mako Brimob Jakarta, dan juga korban umat kristiani dan aparat dalam aksi bom pada tiga gereja di kota Surabaya.
Dalam aksi simpatik yang digelar di depan Mapolres setempat, sebagaimana disaksikan media ini, doa dipanjatkan bergiliran oleh para tokoh agama yang tergabung dalam forum kerukunan umat beragama kota Waingapu. Mulai dari Ustad Bashir dari unsur umat Islam, Haji Muhammad Mudjahid dari MUI Sumtim, Pater Lino Maran, CSsR mewakili umat Katholik, Pendeta Alfred Samani mewakili umat Kristen, Kadek Rumbiasa dari elemen Parisadha Hindu dan Luh Sukasih mewakili umat Budha.
Secara umum doa dipanjatkan pada Sang Khalik Semesta bagi keselamatan jiwa korban aksi teror. Selain itu juga ketabahan dan penguatan iman bagi keluarga yang ditinggalkan. Menariknya, walau dalam hati yang tercabik oleh rasa duka dan juga penyesalan, doa juga dipanjatkan untuk para teroris dan kaum penganut radikalisme agar diberi pencerahan oleh Yang Maha Kuasa.
“Aksi ini sebagai bentuk pernyataan kami aparat Polres Sumba Timur dan juga TNI serta elemen umat bergama dari lintas Agama, juga pemuda dan mahasiswa, bahwa kita tidak beri urang sedikitpun pada terorisme dan radikalisem bertumbuh di sini. Kita tidak takut teroris dan kita tetap bersatu untuk melawan dan membasminya dalam bingkai kemanusian dan semangart persatuan,” tandas Kapolres Sumtim, AKBP. Victor MT. Silalahi kepada wartawan di sela-sela aksi ini.
Ditempat yang sama, Pendeta Alfred Samani, Ketua Umum Sinode Gereja Kristen Sumba, juga menghimbau agar umat Kristiani memaknai peristiwa ini sebagai peristiwa iman dan tidak mencederainya dengan rasa dendam.
“Kita tidak diajarkan untuk membalas dendam, kita diajarkan untuk mengasihi sekalipun disakiti, mendoakan walaupun dilukai. Kita berdoa supaya mereka yang berencana melakukan kejahatan – kejahatan itu sadar dan tidak perlu melakukan rencananya, bukan karena mereka beragama lain tapi karena memang kemanusian dan keyakinan kita mengajarkan kita untuk mengasihhi satu dengan yang lain,”tandas Pendeta Alfred.
Selain penyalaan lilin, juga dilakukan aksi penandatanganan petisi tolak terorisme dan radikalisme. Semntara itu, aksi serupa juga dilakukan oleh sekelompok kaum muda di Taman Kota – Matawai. Selain membakar lilin juga digelar aneka poster dan seruan bernada simpati dan semangat persatuan dan kebanggaan akan kebhinekaan.(ion)