Album Musik & Puisi Perempuan Sabana, Diapresiasi & Melibatkan Drummer Legendaris Gilang Ramadhan

oleh
oleh
Perempuan Sabana

Waingapu.Com – “Proses ini telah menguatkan narasi sejarah gerakan perempuan di Sumba. Entah berapa panjang tahun-tahun ke depan nantinya, namun suatu saat ketika orang ingin mengetahui tentang apa yang terjadi dengan perempuan Sumba pada tahun-tahun penulisan puisi dan musikalisasi puisi ini, isu- isu apa yang kuat di era itu, maka album musik dan puisi Perempuan Sabana menjadi pintu masuk menyusuri segala perjuangan perempuan Sumba. Terima kasih juga telah berbagi cara “healing” yang positif bagi banyak perempuan di luar sana. Bahwa “healing” bukan sekadar menyembuhkan luka tetapi sekaligus mengambil komitmen dan melakukan aksi agar tidak ada lagi manusia bahkan alam yang “terluka” – Wenda Radjah (Aktivis perempuan asal Sumba).

Demikian penggalan kesan Wenda Radjah, dalam rilis yang diterima media ini, Minggu (05/12) kemarin dalam kaitan acara peluncuran album musik dan puisi “Perempuan Sabana” karya Diana Timoria dan Edacitra. Peluncuran album dimaksud telah dilakukan Selasa, (30/11) lalu.

Acara yang diadakan secara daring Zoom Meeting ini diramaikan dengan penayangan videoklip sebanyak 4 (empat) lagu dan ditambah dengan diskusi karya bersama para pakar di bidangnya, seperti M. Aan Mansyur (penulis), Gilang Ramadhan (musisi), Luviana (jurnalis dan aktivis), dan Wenda Radjah (aktivis perempuan Sumba). Sesi diskusi dimoderatori oleh Marina Nasution dari AJI (Aliansi Jurnalis Independen) Jakarta dan acara keseluruhan dipandu dengan ceria dan hangat oleh MC asal Sumba, Roswita Lodang.

Baca Juga:  Kegelisahan ‘Perempuan Sabana’ dalam Musik & Puisi Karya Diana Timoria & Edacitra

Acara yang berlangsung sekitar 3 jam ini juga ditayangkan secara langsung melalui kanal Youtube dan mendapat animo yang luar biasa. Peserta berjumlah kurang lebih 117 orang dan berasal dari berbagai daerah dan latar belakang, ada yang dari Sumba, Medan, Jakarta, Yogyakarta, bahkan Papua. Acara ini juga dibuka oleh Bupati Sumba Timur, bapak Drs. Khristofel Praing, M.Si melalui rekaman video yang ia kirimkan ke pihak panitia.

Kesan dan pendapat dari para pembicara juga tidak kalah mengasyikkan. M. Aan Mansyur, penulis puisi yang baru-baru ini mendapat penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa ke-21 berpendapat bahwa puisi-puisi Diana banyak mengungkapkan tentang perempuan dan alam dan kedekatan hubungan di antara keduanya. Luviana sebagai jurnalis dan aktivis buruh perempuan menjelaskan persoalan pekerja kreatif terutama golongan prekariat, yakni pekerja kontrak dan juga pekerja dengan kontrak tidak jelas di kalangan pekerja kreatif.

Baca Juga:  Mengenal Untuk Melawan (Sebuah Catatan Singkat Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue)

Gilang Ramadhan selaku musisi senior tanah air juga mengungkap persoalan proses pembuatan lagu, dan produksi musik sesuai dengan pengalamannya selama ini, dan Wenda Radjah juga menutup pemaparannya dengan apik. Ia mengungkapkan bahwa album ini bisa menjadi media advokasi yang elegan terkait isu gender dan kemanusiaan melalui kolaborasi, dokumentasi, diseminasi, dan gerakan yang dekat dengan jiwa anak muda. Elson Umbu Riada, pemusik tradisional asal Sumba juga turut hadir di acara tersebut. Ia berpendapat bahwa kolaborasinya dengan Diana Timoria dan Edacitra di dalam album ini, yakni di lagu Pengembaraan menjadi jalan promosi musik Sumba agar lebih dikenal oleh dunia di luar Sumba seperti yang Elson perjuangkan selama ini.

Diana menutup diskusi dengan mengungkapkan bahwa album ini merupakan sebuah karya bersama maka ia telah menyerahkan karya ke publik sehingga ini bukan hanya didedikasikan untuk perempuan Sumba saja tetapi juga untuk semua perempuan dimanapun berada. Edacitra menambahkan semoga puisi-puisi Perempuan Sabana segera dibukukan dan disebarluaskan ke orang banyak. Selain acara peluncuran ini, videoklip Perempuan Sabana mulai dari judul Perjalanan, Pengembaraan, Lintasan, sampai dengan Kepulangan bisa ditonton di kanal Youtube Perempuan Sabana dan di berbagai media digital lainnya, seperti Spotify, iTunes, dan sebagainya.

Baca Juga:  Dinobatkan Sebagai Rato, Presiden Jokowi Diberi Kuda & Parang

Untuk diketahui, sejak tiga tahun terkahir, Diana Timoria, seorang perempuan penulis asal Sumba, NTT, mulai menulis puisi tentang kegelisahannya atas kisah hidup perempuan Sumba yang ia temui di setiap perjalanannya. Kegelisahan dalam bentuk menahan mimpi untuk sekolah tinggi, terpaksa pergi jauh dan bekerja di luar negeri, mengidap gangguan jiwa dan dihakimi, dipaksa kawin dan diam di rumah, dan banyak polemik lainnya.

Diana yang juga merupakan pegiat sosial dan kemanusiaan di Sumba menuangkan kegelisahannya itu ke dalam puisi yang ia namai “Perempuan Sabana”. Puisi-puisi itu kemudian dibaca oleh banyak orang, termasuk sahabatnya Edacitra, perempuan asal Medan – Sumatera Utara yang juga pernah tinggal di Sumba setahun lamanya. Sepulangnya ke Medan, Edacitra bersama Tengku Ariy, produser Ringo Records Medan, berinisiatif untuk mengadaptasi 4 (empat) puisi Perempuan Sabana tersebut menjadi sebuah album musik, yang pada akhirnya dinamai: Perjalanan, Pengembaraan, Lintasan, dan Kepulangan.(*)

Komentar