Kegelisahan ‘Perempuan Sabana’ dalam Musik & Puisi Karya Diana Timoria & Edacitra

oleh
oleh
Diana Timoria

Waingapu.Com – Sejak tiga tahun belakangan ini, Diana Timoria, perempuan penulis asal Sumba, Nusa Tenggara Timur, mulai menulis puisi tentang kegelisahannya atas kisah hidup perempuan Sumba yang ia temui di setiap perjalanannya. Kegelisahan yang ditemui diantaranya, menahan mimpi untuk sekolah tinggi, terpaksa pergi jauh dan bekerja di luar negeri, mengidap gangguan jiwa dan dihakimi, juga dipaksa kawin dan diam di rumah, serta banyak polemik dan kegelisahan lainnya.

Diana yang juga merupakan pegiat sosial dan kemanusiaan di Sumba, lalu menuangkan kegelisahannya itu ke dalam puisi yang ia namai “Perempuan Sabana”. Puisi-puisi itu kemudian dibaca oleh banyak orang, termasuk sahabatnya Edacitra, perempuan asal Medan – Sumatera Utara, yang juga pernah tinggal di Sumba setahun lamanya.

Dalam rilis yang diterima media ini, Selasa (30/11) lalu, dijelaskan bahwa, sepulangnya ke Medan, Edacitra bersama Tengku Ariy, produser Ringo Records Medan, berinisiatif untuk mengadaptasi 4 (empat) puisi Perempuan Sabana tersebut menjadi sebuah album musik, yang pada akhirnya dinamai: Perjalanan, Pengembaraan, Lintasan, dan Kepulangan.

Baca Juga:  ‘SATAP Effect’ Dalam Kemeriahan Karnaval HUT RI Di Waingapu

Selain dengan para musisi di bawah naungan Ringo Records, proses pembuatan album juga melibatkan musisi asal Sumba yakni ibu Ata Ratu dan Elson Sanggar OSA. Di dalam musik ada rumusan-rumusan tersendiri yang disesuaikan dengan pesan dan mood puisi-puisinya; sedih, suram, bahkan ceria penuh harapan. Adanya komposisi unik dari genre musik semacam waltz, psychedelic, blues, fusion, hingga pop diramu menjadi satu bersama alat musik tradisional Sumba (Jungga, Jugga’, Goga dan Gong) dan juga Melayu (pakpung dan akordion), ditambah pula karakter vokal Edacitra yang khas era 90-an. Keragaman ini memberikan nada-nada yang dinamis dan membius bagi siapapun yang mendengarnya.

Album ini juga dituangkan menjadi beberapa videoklip yang digarap oleh videografer asal Sumba, Sendu Creative. Video-video ini akan menjadi materi peluncuran album musik dan puisi Perempuan Sabana yang direncanakan akan diselenggarakan pada hari Selasa, 30 November 2021 mulai pukul 18.00 WIB melalui media daring Zoom. Selain penayangan video, acara ini juga akan diramaikan dengan kegiatan diskusi bersama para narasumber dari berbagai latar belakang, seperti penulis Aan Mansyur, musisi Gilang Ramadhan, jurnalis dari Konde.co Luviana, dan aktivis perempuan Sumba Wenda Radjah.

Baca Juga:  Menakjubkan, Simbol Burung Garuda Berbalut Tenun Ikat Sumba

Pembuatan album ini didukung oleh FBK (Fasilitasi Bidang Kebudayaan) 2021 Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek. Semua lagu di album ini akan diperdengarkan di berbagai platform musik di awal bulan Desember 2021, seperti Spotify, iTunes, Youtube, dll. Selain itu, album ini juga diperbanyak dalam bentuk piringan CD dan akan diluncurkan di waktu yang sama.

Potongan-potongan lirik “Sebab, tak ada tempat paling teduh selain rahimmu, tak ada peluk paling hangat selain tubuhmu” dan “Perempuan itu menjelma aku yang memilih mengembara” menggambarkan bahwa album ini merupakan bentuk kontribusi untuk mengabarkan kita semua tentang dinamika sosial yang dialami oleh masyarakat, khususnya perempuan Sumba. Pembuatan album ini juga menunjukkan bahwa jarak antara pulau Sumba dan kota Medan memanglah begitu jauh namun ternyata bisa disatukan oleh karya musik.(*)

  • NARAHUBUNG:
  • Whatsapp: 082339433864 / 081375224036
  • e-mail: perempuansabana@gmail.com
  • IG: @perempuansabana
  • FB: Perempuan Sabana
  • Youtube: Perempuan Sabana
Baca Juga:  Tahun 2021 Tiga Pejabat di Sumba Timur Tidak Melapor Harta Kekayaan ke KPK

Komentar