Waingapu.Com – Sejumlah wilayah pada daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), NTT, selama ini belum dioptimakan pemanfaatannya. Padahal wilayah DAS ini bisa menjadi penopang ekonomi para pengolahnya dan juga bisa menjadi pemasok sayuran dan aneka tanaman lainnya bagi masyarakat kota Waingapu. Warga yang mencoba memanfaatkan DAS juga acapkali menghadapi kendala mobilisasi/mengalirkan air ke lahan yang ditanami, efesiensi waktu dan tenaga kerap menjadi hambatan utamanya.
Efesiensi waktu dan tenaga menjadi faktor pembeda dari penggunaan sistem Pompa Barsha. Sistem yang mulai diperkenalkan di wilayah DAS, Kalu, kelurahan Prailiu, Kecamatan Kambera, sejak setahun silam itu, kini terus menarik animo warga pengelola DAS.
Heinrich D. Dengi, pimpinan Radio Max Waingapu Foundation, sebagai pioneer penggunaan kincir dan pompa Barsha ini menuturkan kepada media ini, Minggu (16/07) siang lalu, pompa barsha tidak menggunakan bahan bakar minyak (BBM) atau listrik untuk mengangkat air dari sungai.
Dituturkan Heinrich yang juga berprofesi sebagai jurnalis itu, air diangkat dengan roda/kincir yang diletakan di aliran air sungai, untuk kemudian dialirkan ke lahan yang ditanami warga.
“Perharinya jika dioperasikan pompa ini bisa mengangkat air sebanyak tiga puluh meter kubik, bisa mengairi lebih dari satu hektar lahan sayuran,” kata Heinrich.
Selain telah mulai dimanfaatkan oleh pengelola DAS Kalu, pompa barsha juga mulai dimanfaatkan warga DAS Praiwora, Kelurahan Kambadjawa dan DAS Waikudu di desa Kiritana.
“Kami sediakan pompa barsha bukan diberikan dalam bentuk hibah melainkan dengan sistem easy pay atau sewa ringan dan mudah. Ini untuk keberlanjutan bagi para penggunanya. Karena pengalaman selama ini, jika diberikan dalam bentuk hibah acapkali tidak berumur panjang dan tak terawat. Namun dengan perubahan pola ini, tentu warga penggunanya akan menjaga dan merawatnya. Biaya sewanya juga dibayarkan pada saat panen nanti,” papar Heinrich.
“Airnya menyembur kencang dan kami bisa lebih mudah dalam bekerja. Tenaga dan waktu bisa lebih optimal. Kami akan berupaya untuk memanfaatkan pompa barsha ini agar lahan sayur kami bisa lebih luas dan hasilnya bisa lebih banyak. Kami juga sepakat dengan sistem sewa karena tidak memberatkan kami,” jelas Agus, ketua kelompok tani di DAS Waikudu, kepada wartawan kala dimintai tanggapannya.(wyn)