Belalang Menebar Teror, Dimana Confidor?

oleh
oleh

Waingapu.Com – Koloni belalang kumbara yang ‘menduduki’ jalanan dan pekarangan rumah warga di kawasan Tranmigrasi Lokal (Translok) Desa Yubuwai, Kecamatan

Kahaugu Eti, Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), NTT sudah tentu menimbulkan kecemasan. Sejumlah warga yang ditemui di Yubuwai pasca menggelar pertemuan di kantor desa setempat beberapa waktu lalu senada menyuarakan kecemasan itu.

“Saya belum dapat obat, kalau ada syukur sudah, kami bisa semprot dan basmi itu belalang. Kalau tidak nanti tambah besar bisa lebih sulit dikendalikan dan diberantas,” ungkap Ndawa Lomi yang juga diamini warga lainnya.

Namun ketersediaan obat dimaksud lugas dijawab Mbaku Ndjuka Andung, Pelaksana Tugas Kepala Desa Persiapan Yubuwai. “Obatnya sudah ada, tinggal kami bagi atau nantinya bergotong-royong mengejar dan menyemprot belalangnya,” tandasnya.

Baca Juga:  Kasus Korupsi di Din-PPO Sumba Timur, Kejaksaan Mungkinkan Penyitaan Aset

Seperti disaksikan beberapa saat pasca pertemuan di kantor desa itu, sejumlah warga langsung melakukan ujicoba penyemprotan. Dan yang digunakan adalah insektisida confidor. Sayangnya warga tidak sepenuhnya memahami takaran penggunaannya.

“Ini confidor model lain lagi, kalau yang dulu di botol plastik, jadi kami masih coba-coba untuk satu tabung pompa ini berapa banyak obat yang harus dicampur air,” ungkap seorang warga beberapa saat sebelum lakukan penyemprotan.

Adapun keberadaaan dan ketersediaan pembasmi belalang berbahan kimia dengan jenis dan merk Confidor memang cukup akrab bagi warga di Sumtim. Pasalnya insektisida itu sejak serangan belalang beberapa tahun silam memang menjadi andalan warga dan Dinas Pertanian setempat melawan ‘invasi’ belalang Kumbara.

Baca Juga:  Front Dingin, Penyebab Hujan Yang Terjadi Di Sumba Timur

Confidor juga kian akrab tak hanya bagi petani dipedalaman, juga bagi sejumlah warga kota Waingapu khususnya kalangan jurnalis juga perangkat penegak hukum terkait obat andalan itu sempat menelorkan kasus seiring raibnya dari gudang Dinas Pertanian setempat beberapa tahun silam, yang mana kemudian ditemukan di gudang milik seorang pengusaha. Kasus inipun tidak jelas penuntasannya, hilang bagai hilangya belalang, namun kembali tergiang dan terlintas dibenak seiring datangnya koloni belalang di sejumlah wilayah Sumtim.(ion)

Komentar