Waingapu.Com – Pantang menyerah dan tetap memelihara harapan boleh jadi telah tertanam dalam di lubuk hati Tertius Tata Ewang. Pria berusia 44 tahun yang berdomisili di Kakaha, Kecamatan Ngadu Ngala , Kabupaten Sumba Timur, NTT ini punya cara tersendiri menyikapi jalan rusak yang harus dilalui truk modifikasinya untuk mengangkut barang dan penumpang dari Kakaha – Waingapu dan sebaliknya.
Bus kayu demikian lazim disematkan warga pada truk modifikasi pengangkut barang dan penumpang di wilayah selatan tidak bisa tidak harus melalui rute jalan selatan yang dikenal bermedan berat nan menantang. Berat karena belum semuanya beraspal mulus, bahkan masih banyak berlubang dan licin, mentang karena sejumlah bagian jalan propinsi itu berada di sisi perbukitan yang berjurang di kiri dan kanan dan bahkan ada yang tak terlihat dasarnya. Hentikan usaha dan pasrah tidak menjadi pilihan sosok yang lazim disapa Ewang dengan bus kayunya yang berlabel Cahaya Hidup itu.
“Kalau soal jalan yang rusak itu sudah pasti! Baik yang lubang dalam juga licin berlumpur. Jadi tidak bisa jika hanya bisa bawa oto (mobil) jika tidak bisa pula kerja mesin ataupun kerusakan lainnya yang bisa saja sewaktu-waktu terjadi,” ungkap Ewang mengawali percakapan saat ditemui wartawan beberapa hari lalu.
Ewang yang juga mendirikan Perseroan Terbatas (PT) sebagai payung hukum untuk usahanya dengan nama Cahaya Hidup Marongga itu lebih lanjut menjelaskan caranya menyikapi jalanan russak dan berlubang pada beberapa titik yang menyebabkan laju bus kayunya terhambat.
“Sudah biasa saya bawa batu gunung atau kerikil kalau dari Kakaha, yaaa itu untuk tutup lubang atau perbaiki jalan yang rusak sebisanya saya dan konjak. Kalau mau tunggu pemerintah kerja atau perbaiki, bisa jadi sampai saya punya cucu baru bisa, itupun kalau dulu,” jelasnya.
“Selagi bisa dan tentu lebih baik begitu daripada nanti karena licin kita tidak bisa jalan, selip bahkan hilang kendali masuk jurang,” imbuhnya.
Diakui Ewang, langkah swadaya yang dilakukannya pernah pula dibagikan dalam bentuk video di akun facebooknya saat memperbaiki lubang di jalan jalur Baimiting dan Halakadu. Hal mana sebut dia agar bisa memantik rasa peduli para sopir lainnya yang juga lalui rute yang sama. Dan sekaligus bisa mengetuk hati para pengambil kebijakan.
“Bukan untuk sok peduli atau apa, tapi yaa kita perlu jalan yang lebih layak, penumpang juga tentu mau nyaman tapi kondisinya seperti itu, yaa kita upaya sebisa kita sopir dan pemilik angkutan,” timpal Ewang.
Diakhir perbincangan kala itu, dia kembali menegaskan harapannya juga rekan-rekan pemilik angkutan yang telah leal atau berbadan hukum agar Dinas Perhubungan (Dishub) dan Kepolisian bisa segera mengambil langkah konkrit dalam hal penertiban angkutan pedesaan liar atau ilegal karena tidak berbadan hukum, mempermainkan tarif dan tentu saja kangkakngi hukum, undang-undang dan peraturan yang berlaku.
“Dishub dan Polisi tegaslah sudah dengan nyata bertindak, kami yang berbadan hukum tentu bayar pajak dan taat aturan sementara di sisi lain yang berplat hitam, plat luar dan tidak berbadan hukum bisa jalan bebas. Jangan tebang pilihlah dalam bertindak,” tohoknya memungkasi perbicangan kala itu ditemani dua kondekturnya itu. (ion)