Waingapu.Com – Musim kemarau di sebagian besar wilayah Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), NTT, identik dengan kekeringan dan banyaknya lahan atau kebun yang tidak diolah. Hal yang sama juga terjadi pada lahan-lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS). Hal yang sama juga terjadi di sebagian besar DAS di Desa Laipandak, Kecamatan Wulla Waijillu. Namun lebih dari sebulan terakhir, sekelompok warga disana mulai mengoptimalkan sumber air dari sungai Waijillu (Luku Waibara) untuk membudidayakan aneka sayur mayur. Dengan ‘Barsha’ dan ‘Easy Pay’ sekelompok warga berkomitmen untuk tidak lagi berpangku tangan dan terpekur menatap lahan atau kebun mereka dimusim kemarau.
Jumat (08/06) kemarin jerih lelah mereka mulai menuai hasil. Kebun warga yang tergabung dalam kelompok Palindi Organic akhirnya panen perdana. Sukacita terpancar dari wajah-wajah para anggota kelompok dan keluarganya. Sukacita itu kian membuncah seiring hadirnya Wakil Bupati Sumtim, Umbu Lili Pekuwali , yang juga berbaur dalam sukacita warga, dengan jari jemarinya mencabut sawi di salah satu bedeng dari 50 bedeng sayur yang siap dipanen.
Sukacita itu hadir berkat beroperasinya satu unit ‘Barsha’, yakni pompa air berbentuk kincir yang bisa mengangkat air dari dalam sungai ke atas lahan tanpa menggunakan setespun Bahan Bakar Minyak (BBM). Air bisa diangkat hingga ketinggian tigapuluhan meter. Warga tidak lagi harus memikul air dengan ember un tuk menyirami aneka sayuran di kebun yang luasnya mencapai hampir satu hektar itu.
“Pompa Barsha ini adalah sebuah teknologi yang ramah lingkungan. Karena sama sekali tidak menggunakan BBM fosil. Kekuatan air dan udara yang dioptimalkan hingga bisa mengangkat air hingga puluhan meter selama 24 jam. Di kebun nanti warga tinggal mengatur air secara efektif sesuai dengan kebutuhan tanaman atau sayur yang dibudidaya,” urai Adrianus Petrus Lagur, Leader Project Yayasan Komunitas Radio Max FM Waingapu, kala memberikan penjelasan kepada Wakil Bupati dan rombongan dalam moment panen perdana tepat disisi pompa barsha yang dipasang di Luku Waibara.
Keberadaan pompa inipun seiring dengan ‘Easy Pay’ yakni sebuah pola atau system yang merangsang warga penerima manfaat Barsha untuk tidak sebatas berleha-leha karena air dimudahkan untuk tiba ke kebun. “ Easy pay secara sederhana adalah sebuah mekanisme atau pola yang dirancang oleh kami buat warga penerima manfaat Barsha ini. Jadi Barsha ada di sini tidaklah gratis namun disewa warga. Bayar sewanya adalah dengan hasil panen, bagaimana bisa panen? Yaa harus bekerja, optimalkan air yang sudah lebih mudah ini tiba ke kebun.Juga saat menanam aneka sayur tetap mendapatkan bimbingan dari tenaga teknis untuk mendapatkan hasil panen yang berkualitas,”papar Adrianus seraya menambahkan, Barsha sesewaktu bisa diambil kembali oleh yasayan jikawarga tidak lagi sevisi terkati pola easy pay.
“Teknologi ini sangat bermanfaat bagi warga, apalagi jika dioptillkan pada DAS yang ada di Sumba Timur khususnya di Wulla Waijillu ini. Pola atau skema yang dirancang oleh Yayasan Komunitas Radio MAX Fm juga positif untuk membangkitkan etos kerja juga rasa memiliki. Kedepan bila memungkin Bapak Kades Laipandak melalui ADD bisa untuk mengadakan pompa Barsha ini dan menggunakan pola atau skema yang tadi dipaparkan,” tanggap Umbu Lili pasca mendapatkan penjelasan Adrianus.
“Jujur pada walnya sebagian besar diantara kami pesimis bisa berhasil panen dalam kurun waktu satu bulan saja sejak mulai beroperasinya Barsha. Namun kali ini semua pesimisme itu bisa sirna. Kali ini kami panen sawi. Berikutnya akan ada aneka sayuran lain yang juga akan kami panen, kami sudah bulatkan tekad itu. Esok-luasa kami akan pindahkan anakan bawang tug – tug dan juga mulai meluaskan lahan lagi. Kami harapkan kami dikelompok ini bisa jadi virus yang mudah menyebar, kami walau segelintir tetap akan bekerja optimal dengan semangat JOS , jangan omong saja!” jelas Gerardus Nggau Behar, ketua kelompok tani Palindi Organic didampingi Hinggu Meharangga, salah satu anggota kelompok yang walnya pesimis namun seiring waktu terbangun optimismenya.
Adapun dalam panen perdana itu, selain dihadiri oleh Wakil Bupati Sumtim, juga dihadiri Camat Wulla Waijillu, Daniel radja, Kabag. Kesejahteraan Rakyat, Yulius Marahongu, Kadis. Infokom, Moses Bastian Saiputta dan U.K. Hambang, Kepala Desa Laipandak.
Lahan yang dikelola oleh Kelompok ini seluas satu hektar yang terbagi dalam 50 bedeng sayur yang telah dipanen dan siap panen, serta limapuluh bedeng lainnya telah siap ditanami aneka sayuran dan bawang tug-tug. Satu hektar lahan lainnya yang siap diolah, rencananya akan ditanami Lombok, semangka dan juga kembali akan membudiyakan nenas yang puluhan tahun silam menjadi hasil primadona di lahan itu. (ion)