Dari Pulau Sandalwood, Roda Barsha Berputar Hingga Nusa Bunga

oleh
oleh
Pompa Barsha

Waingapu.Com – Pompa Barsha, sebuah teknologi tepat guna yang diperkenalkan oleh Aqysta dan Yayasan komunitas Radio Max – Waingapu (YKRMW), sejatinya tidak lagi asing bagi sejumlah wilayah di kota Waingapu dan juga sejumlah warga desa di Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), NTT. Bahkan tak hanya buat warga Sumtim, pompa pengangkat dan pengalir air itu juga telah dikenal oleh sejumlah warga pekerja keras di Wanokaka, Kabupaten Sumba Barat.

Pompa yang menggunakan kekuatan udara dan air, untuk mengangkat dan mengalirkan air ke kebun warga dari sungai atau kali, sejatinya sangat menjanjikan untuk peningkatan kesejahteraan petani. Pasalnya dengan pompa ini, petani bisa lebih memanfaatkan lahan-lahan di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS). Pompa Barsha disebut teknologi tepat guna, juga bukan semata pemanis atau jargon semata, karena pompa ini benar-benar rama lingkungan karena bebas Bahan Bakar Minyak (BBM) setetespun.

Pompa Barsha

Dalam sejarah kehadirannya di Sumtim sejak 2015 silam, pompa barsha memikat banyak orang, banyak pihak baik perorangan, kelompok maupun instansi. Hanya sayangnya, belum semuanya merealisasikan ketertarikannya dengan menggunakan dan memanfaatkannya, tentu dengan ragam alasan baik yang benar-benar realistis atau pun alasan klasik dan juga mengada-ada. Hanya mereka yang berani dan siap bekerja keras dan menyelaraskan kata-kata dengan tindakan nyata sajalah yang kemudian mengunakan pompa yang pertama kali digunakan di India dan kini mulai diperkenalkan dan diminati di Afrika dan juga Amerika Latin.

Baca Juga:  Semangat Menanam di Sumba Timur Harus Diimbangi dengan Penertiban Ternak
Nusa Bunga

Pompa Barsha, melalui YKRMW sejatinya bisa dipakai dan dimanfaatkan warga baik secara pribadi, kelompok maupun kelembagaan lainnya. Asalkan skema ‘easi – Pay’ yang digariskan oleh yayasan yang beralamat di kampung Kalu, Kelurahan Prailiu, Kecamatan Kambera, di sepakati dan dijalankan.

Easi – Pay adalah skema dimana para pengguna pompa Barsha dengan membayar hanya setiap selesai panen yang baik dan berhasil. “Jadi pompa barsha ini minim sekali biaya operasionalnya, dan justru disaat kemarau bisa panen hasil kebun di daerah sekitar DAS. Saat musim penghujan dan sungai rentan dengan banjir, pompa ini bisa dengan mudah diangkat,” jelas Heinrich Dengi, Ketua YKRMW, kepada media ini beberapa hari lalu saat ditemui di ruang kerjanya.

Baca Juga:  Hama Tungro Serang Padi Petani Kandara
Heinrich Dengi

Lebih lanjut dijelaskan Heinrich, Sumtim sejak masa lalu dikenal sebagai daerah kering dan minim curah hujannya. Namun demikian, kata dia banyak sungai yang tetap mengalir, sayangnya lahan DAS tidak benar-benar dioptimalkan. “Dengan pompa ini air bisa dialirkan ke kebun sekitar DAS selama 24 jam, warga petani tidak lagi harus timab air secara manual yang membutuhkan tenaga dan waktu lebih banyak. Karena itu lahan yang ditanam bisa jauh lebih luas, yang mana dnegan sendirinya akan menghasilkan jauh lebih banyak,” imbuhnya.

Setidaknya beberap wilayah di Sumtim yang telah menggunakan pompa barsha yakni di Desa Laipandak, Desa Mbatakapidu, Kelurahan Watumbaka dan Desa Mondulambi. Penggunanya adalah para pribadi yang kemudian membentuk kelompok yang kemudian sepakat dalam satu misi dan visi.

“Kalau dulu warga di sini hanya manfaatkan DAS untuk tanam sayur satu atau dua bedeng kecil. Jadi lebih hanya untuk kebutuhan rumah tangga sendiri. Dengan Barsha ini, warga jadi bisa manffatkan dan kenal dengan teknolgi ramah lingkungan dan minim pembiayaan. Warga juga bisa tanam sayur dan tanaman holtikultura dan bisa untuk konsumsi sendiri juga bisa dijual untuk penambahan penghasilan,” jelas Yohanis Lu Pelindima, PPL di desa Laipandak, Kecamatan Wulla Waijillu yang ditemui di lahan milik kelompok tani Palindi organic, bersama Gerardus Nggau Behar, sepekan silam.

Baca Juga:  Brigade Pembasmi Perangi Belalang Kembara di Sumba Timur Siang & Malam

Daya pikat dan prospek cerah yang ditawarkan oleh Pompa Barsha ini bahkan telah membuat sejumlah warga di Manggarai tertarik dan telah memanfaatkannya. “Di Flores sudah ada dua titik lokasi warga yang menggunakan dan memanfaatkan Barsha. Yakni pertama di Manggarai tepatnya oleh kelompok JPIC di sungai Wae Pesi, Kecamatan Reo. Dan yang berikutnya di DAS Wae Wutu, Mengeruda Soa, Kabupaten Ngada,” ungkap Heinrich yang ditemui sehari setelah pulang dari Flores untuk meninjau dan menginstal pompa barsha di Kabupaten Ngada. Heinrich juga mengungkapkan sukacitanya karena keberadaan dan pemanfaatan pompa barsha di dua Kabupaten di Nusa Bunga itu, tak hanya mendapatkan apresiasi warga atau kelompok semata, namun juga mendapatkan apresiasi positif dari pemerintah setempat.(ion)

Komentar