Waingapu.Com – Pompa Barsha yang dioperasikan oleh 10 Kelompok Tani (POKTAN) di Pulau Sumba dan juga Flores, sudah banyak dirasakan manfaatnya oleh warga petani. Pompa barsha yang merupakan hasil kajian dan juga temuan teknologi tepat guna itu diperkenalkan oleh Yayasan Komunitas Radio Max Waingapu (YKRMW) dan aQqysta telah menunjukan hasil dan manfaatnya bagi para anggota POKTAN juga masyarakat sekitarnya. Khusus untuk Pulau Sumba, sedikitnya 150 petani kecil beberapa desa di Kabupaten Sumba Timur (Sumtim) dan Sumba Barat (Sumbar) telah merasakan manfaat dari hadirnya barsha dalam hari – hari kehidupan mereka.
Keberhasilan yang didapat, tidak semata karena warga ulet dan teknologi pompa Barsha memang mudah dan murah untuk digunakan, tapi juga karena spirit warga yang terus subur, sekalipun ditempa prahara kekeringan dan aneka keterbatasan lainnya. Dan yang juga tak bisa ditepikan adalah program EASI Pay yang berjalan dan berputar sering dengan roda kincir dan pompa barsha yang mengianngkat air dari lembahtempat sungai atau kali, ke atas lahan – lahan potensial di tepi Daerah Aliran Sungai (DAS).
Program EASI pay sejatinya mudah untuk diterapkan semudah mengucapkannya, sejauh memang ada niat untuk mengaplikasikannya dalam diri dan kelompok. Paling tidak ini sebagian intisari yang terungkap dalam perbincangan media ini dengan Adi Lagur, Project Coordinator Easi Pay di sela – sela Worshop Partner Gathering & Evaluasi Project Easi Pay yang diselenggarakan oleh konsorsium YKRMW, aQysta dan TUDelf Belanda serta Universitas Merdeka (UNMER) Malang, Selasa (13/08) lalu.
Dipaparkan Adi, selain inovasi teknology, yang juga menjadi fokus dari hadirnya Barsha dan juga program yang berjalan berdampingan bersamanya adalah penerapkan skema untuk para pengguna atau warga yang mendapartkan manfaat dari pompa Barsha. Skema yang kemudian dikenal dengan EASI Pay. Skema yang mewajibkan pembayaran terhadap jasa penggunaan pompa. “Penerima manfaat pada 10 lokasi proyek telah sepakat untuk membayar jasa pompa sebesar 20 persen per panen. Berdasarkan analisa data tahun pertama dan kedua, menunjukan ada kenaikan pendapatan petani yang terlibat berkisar 8 sampai 13 persen per kapita,” urai Adi Lagur kala itu.
Sebelumnya dalam kesempatan pemaparan pasca Worshop dibuka secara resmi oleh Wakil Bupati Sumtim, Umbu Lili Pekuwali, itu juga disampaikan lokasi proyek percontohan di Mbatakapidhu 01 dan 02, Kelompok Tani Organik (KTO) Palindi Organik – Laipandak, KTO Mbola Kamba-Mondulambi, KTO Popu Rengu Langu – Wanokaka, KTO Marangga Luri-Watumbaka, dan KTO Panamu Rihing – Waikudu, telah rasakan manfaat pomba Barsha juga hasilnya meningkat dari tahun sebelumnya karena penerapan skema Easi pay. Walau diakui Adi Lagur dan juga para pengurus Poktan yang hadir kala itu, pemanfaatan lahan baik di tahun pertama maupun kedua dinilai masih belum optimal. Pasalnya warga petani baru memanfaatkan lahan 0,5 hektar (potensial Pompa Barsha mampu mengairi 1ha dengan system pempungan dan instalasi jaringan yang memadai).
Adapun pompa Barsha Pompa Barsha yakni sebuah alat hasil kajian dan juga temuan yang mengedepankan teknologi tepat guna, dimana Pompa ini menggunakan kekuatan udara dan air, untuk mengangkat dan mengalirkan air ke kebun warga dari sungai atau kali menju lahan pertanian disisi DAS, dengan daya angkat vertikal bisa mencapai 40 derajat.
Hadirnya pompa Barsha di Pulau Sumba bahkan telah menarik minat para petani dan kelompok di Pulau Flores, khususnya di Kecamatan Ngada dan Manggarai. Kehadiran pompa Barsha memang selalu bersama program atau skema EASI Pay. “Kembali saya sampaikan skema EASI Pay adalah untuk memacu spirit dan juga keseriusan bekerja para petani pengguna pompa Barsha. Mereka membayar sewa dalam bentuk hasil panen setaip kali panen baik dan berhasil. Tentu jika warga petani serius, pompa Barsha yang sangat minim biaya operasionalnya, para petani tetap bisa dapat hasil panen melimpah di musim kemarau. Tak hanya untuk kecukupan gizi diri dan keluarga juga bisa dijual ke lokasi atau warga lainnya,” jelas Heinrich Dengi, Ketua YKRMW, dalam suatu kesempatan perbincnagan di sela – sela rehat workshop kala itu.
Wakil Bupati Sumtim, Umbu Lili Pekuwali, dalam kesempatan wawancara singkat dengan media ini selepas kegiatan itu juga menyatakan Pompa barsha dan juga skema EASI Pay menarik dan layak untuk disebarkan luaskan dan juga diterapkan pada para petani dan POKTAN. “Model atau skema ini adalah untuk membuat masyrakat merasa memiliki pompa itu, dan karena rasa memiliki mereka harus menjaga dan dipaksa dalam tanda petik untuk tetap rajin bekerja dan berproduksi. Untuk merawat dan merasa miliki alat atau program – program yang diberikan dan dijalankan pemerintah, itu yang menjadi persoalan pemerintah juga selama ini. Dengan skema ini saya rasa sangat mungkin untuk diterapkan di beberapa wilayah sesuai dengan karakteristik warga petani. Jika kita lihat di satu wilayah ada warga yang siap untuk menerima inovasi dan mau berkembang, saya rasa Barsha dan skema yang bersamanya itu bisa diterapkan. Kalau untuk skala Kabupaten mungkin ada kendala atau belum bisa dilakukan, bisa saja oleh pemegang atau penentu kebijakan di desa – desa yang ada lahan DAS potensial, ” urai Wakil Bupati Sumtim, yang juga menyerukan BUMDES yang ada menangkap peluang secara jeli, cepat dan tepat, salah satunya dengan menggunakan teknologi tepat guna, sistem dan skema yang tepat layaknya Pompa barsha dan EASI Pay. (ion)