Banyak cara dilakukan para wisatawan baik manca negara atau domestik untuk sampai dan menikmati tempat keindahan alam dan budaya di Indonesia. Biasanya para wisatawan ini menggunakan kendaraan roda dua atau mobil serta sepeda untuk sampai dan menikmati sebuah tempat wisata. Namun berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Kletus Pake, pria asal Ende, Flores, NTT berumur 54 tahun ini, ia berlari dan berjalan atau yang ia namakan ultra marathon mengelilingi pulau Sumba mulai dari kampung Nusa, kabupaten Sumba Timur dan berakhir di kampung Ratenggaro, kabupaten Sumba Barat Daya (25/7).
Untuk sampai ke tempat wisata yang ada di sumba Kletus Pake pria asal Indonesia yang menetap di wina, Austria, ini, lari dan jalan dari pagi pukul 6 hingga sore hari ketika hari mulai gelap. Bila ia belum tiba di tempat yang menjadi tujuan wisatanya, biasanya ia akan langsung menginap di tempat pembehentiannya yang terakhir dengan membuka kemah di pinggir jalan atau nginap di rumah warga sebelum melanjutkan perjalanan pada pagi esok harinya.
Selama perjalanannya ia sering mampir bersenda gurau dengan warga sekitar atau juga mengunjungi tempat wisata seperti pantai yang dekat dengan trek yang dilaluinya.
Ini merupakan ketiga kalinya ia berwisata dengan lari dan jalan di Indonesia karena hal serupa sudah pernah dilakukan pada tahun 2013 di pulau Flores, NTT dengan jarak 660 kilo meter dari Labuan Bajo hingga Larantuka dan 2017 di pulau Timor, NTT.
“Di pulau Timor saya berlari dari Tutuala, Lospalos, Timor Leste hingga ke Kupang, NTT, dengan jarak 650 kilo meter” jelas Kletus.
Untuk berlari mengelilingi NTT Kletus mempersiapkan mental dan fisik dengan berlari di sekitar rumahnya di Wina yang dekat dengan pegunungan sambil ditemani seekor anjing kesayangannya.
Selama perjanananya ayah dua anak yang beristerikan warga Austria ini juga ditemani oleh kedua saudaranya Nus dan Feliks yang menggunakan kendaraan bermotor untuk mengangkut segala perlengkapan dan makanan selama perjalanan seperti kemah, peralatan masak, air minum juga beras.
Menurut Nus selama perjalanan di pulau Flores dan Timor mereka juga menemani kakaknya seraya menikmati indahnya alam NTT.
“Kami biasanya berjalan lebih dahulu beberapa kilo meter dan berhenti pada tempat yang dirasa cukup indah untuk kami foto sambil menuggunya tiba atau mengikutinya dari belakang pada tempat-tempat yang menurut warga agak sedikit rawan (tindak kejahatan)”. ujar Feliks.
“Saya biasa urut kaki kakak saya bila kakinya agak terasa sakit dengan mengikuti petunjuk dari dia”, kata Nus.
Total jarak tempuh yang dilalaui Kletus yakni 308 kilometer dari Nusa, Sumba Timur hingga Ratenggaro, Sumba Barat Daya dalam perjalanannnya mengelilingi pulau Sumba.
Selain itu persiapan mental yang menjadi hal utama ia tidak akan memaksakan diri dengan membuat target tertentu seperti agar bisa sampai di salah satu objek wisata namun menikmati langkah demi langkah.
“Saya berlari dan menikmati setiap langkah jadi tidak ada tekanan untuk berapa jauh dan berapa cepat, bukan berlari karena saya tidak sedang bertanding atau bersaing dengan orang lain”. Tegas Kletus.
“Di Eropa saya biasa lari dengan suhu dingin bahkan dibawah nol derajat dan tanpa ditemani siapapun sehingga saya harus membawa ransel untuk mengisi segala perlengkapan”. Kata Kletus.
Kletus mengaku di Austria ada tetangganya yang memelihara ayam jantan dan ketika berkokok ia teringat akan Flores sehingga menginspirasinya sehingga menikmati alam NTT dengan kemampuan lari yang dia miliki.
“Sekian lama berlari di eropa kenapa saya tidak berlari menikmati alam di tanah kelahirannya sendiri, jadi ketika di sini saya harus menikmatinya, segala tumbuhan dengan bau-baunya memberikan keindahan karena itu anugerah tuhan yang indah dan yang paling penting adalah menikmati keramatamahan orang NTT dengan budaya yang bebeda dari setiap pulau”. Tutur Kletus.
Kletus juga suka akan keindahan arsitektur seperti rumah adat namun itu bukan menjadi tujuan kunjungan wisatanya karena sudah ada campur tangan manusia. Ia lebih tertarik pada alam seperti langit, pegunungan, savana tumbuhan dengan segala aromanya yang membuatnya kagum atas anugerah Tuhan yang luar biasa dan patut kita menjaganya.
“Berlari sambil menikmati alam di NTT bukan ingin membuat rekor atau terkenal karena saya bahagia bisa menikmati alam, juga paling penting beinteraksi dengan masyrakat karena saya benar-benar masuk ke dalam diri saya sendiri dan ini seperti sebuah meditasi yang sangat panjang”. Kata Kletus.
Selain itu Kletus menuturkan ia sudah mendengar dari beberapa media dan orang bahwa ada tempat tetentu di NTT yang sedikit rawan tindak kriminal namun tidak membuatnya takut karena di Austria ia sudah terbiasa bekerja dan berhubungan dengan anak-anak nakal sehingga membuatnya tidak takut kalau berlari di NTT.
“Yang saya takut kalau berlari di NTT ini anjing karena bila saya terus berlari maka anjing akan teus mengejar dan saya harus berhenti sejenak”. Ujar Kletus.
Untuk berlari mengelilingi NTT Kletus mempersiapkan mental hal yang utama serta fisik dengan berlari di sekitar rumahnya di Wina yang dekat dengan pegunungan sambil ditemani seekor anjing kesayangannya.[*]
*Ignas Kunda (Journalist – Photographer – Videographer)