Waingapu.Com – Hamparan perbukitan dan padang sabana, adalah landscape khas di Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), NTT. Dibalik padang, belukar dan cadas-cadas khas Sumtim itu, tersembunyi sejumlah pesona lainnya yang sayang untuk dilewatkan dari mereka yang miliki hasrat petualang yang darahnya berbaur satu dengan rasa cinta pada kealamian. Diantara perbukitan dan sabana yang membentang antara desa Mehang Mata, Kecamatan Paberiwai dan Desa Meurumba, Kecamatan Kahaungu Eti, ada pesona Lakonja. Hamparan air terjun aneka tingkatan, berpadu dalam sajian keasrian dan kesejukan dan suasana alaminya memikat siapapun untuk mengukir kenangan dan sensasi petualangan.
Lokasi air terjun yang berjarak lebih dari 95 kilometer dari Kota Waingapu, Sumtim itu, bisa dicapai dengan berjalan kaki, lebih dari 12 kilometer dari Desa Meurumba, Kecamatan Kahaugu Eti atau 11 kilometer dari Desa Mehang Mata, Kecamatan Paberiwai.
Fisik prima sudah pasti perlu bagi yang hendak berpertualang menyatakan rasa cinta dan kekagumannya pada pesona Lakonja. Deru nafas berbaur dengan otot kaki yang seakan memberontak dari balik betis dan paha, serasa hilang begitu saja, kala suara desiran percikan air lamat-lamat terdengar.
Sejuk di ujung kaki menjalar keseluruh tubuh, kala tersentuh jernihnya air. Mata terbuka dan hati terpana, kala satu persatu air terjun dengan aneka tingkatan menawarkan pesonanya masing-masing.
“Ini air terjun Lakonja namanya. Masih jarang sekali orang ke sini, paling hanya orang-orang dari kecamatan. Kalau kami sering lewat sini, karena ini salah satu jalan singkat kalau kami pergi dan pulang sekolah,” jelas Marthen dan Sius dua siswa SMP Negeri Satu Atap Kaloka, Kecamatan Kahaungu Eti, yang menemani perjalanan kami pekan silam.
“Di sini bukan hanya enam air terjun, masih banyak lagi ke bawah dan ke atas sana. Hanya kebetulan ini yang kami lewat tiap hari kalau mau ke sekolah,” lanjut Marthen.
Yakin dan bisa memahami apa yang dituturkan Marthen dan Sius rekannya, melihat dari kondisi alur sungai itu adalah pendapat lainnya yang muncul dibenak kami. Keyakinan yang berjalan seiring dengan rasa segar yang menyeruak relung raga kami, kala bersama keduanya menceburkan diri pada salah satu spot air terjun yang dilengkapi dengan telaga tenang berwarna tosca.
“Kita bisa kembali lagi nanti untuk mencoba susuri sungai dan lihat pesona lainnya, bagaimana bro?” ucap Inyas, seorang rekan wartawan yang kala itu nampak begitu menikmati kesejukan air yang seakan meleburkan penatnya beban ransel berisi peralatan camping juga kamera-kamera foto dan video. Lakonja, memang mooy.(ion)