Waingapu.Com – “Kita mesti berterimakasih pada MSM yang nekad untuk membongkar-bangkir batu-batu dan kemudian menanami tebu. Tebu di Jawa beberapa kali keliling dari Surabaya ke Jombang dan seterusnya itu tidak ada yang tingginya tiga meter. Ini, lihat sendiri berapa meter tingginya. Jadi orang Sumba mesti bangga, orang NTT mesti bangga. Kalau tidak ada MSM yang membawa teknologi dan uang, maka masyarakat Sumba dan NTT menonton padang-padang. Tapi dengan adanya ini, ooh ada tebu dan nanti ada gula dari Sumba, makanya disebut Muria Sumba Manis. Jadi masyarakat tolong jaga dan kerjasama yang baik, support dan dukung ini supaya gulanya,” urai Gubernur Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Frans Lebu Raya pada wartawan pasca melakukan simbolisasi panen tebu dan mencicipi manisnya tebu serta meninjau dan menerima penjelasan dari tenaga teknis PT. Muria Sumba Manis (MSM) di sekitar lokasi perkebunan tebu di Desa Wanga, Kecamatan Umalulu, Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), Sabtu (21/04) lalu.
Menjawab pertanyaan wartawan terkait realita polemik yang terjadi di masyarakat, khususnya di areal-areal sekitar lokasi aktifitas investasi. Lebu Raya meminta untuk diselesaikan secara baik-baik. “Selalu kita ini berbicara tentang hak ulayat, selalu kita bicara tentang hak-hak atas tanah. Tetapi mari kita bicarakan baik-baik, yang penting masuk kita duduk bicara apa hak-hak dia. Kalau kita investasi di sini apa yang dia dapatkan dan seterusnya kan bisa dibicarakan. Daripada belum apa-apa yaa orangnya juga mundur,” tandasnya sembari menambahkan bahwa selama ini banyak pihak yang membicakan agar pemerintah menyiapkan lapangan kerja. Menurut Frans, pemerintah yaa kalau bicara tenaga kerja yaa siapkan lowongan untuk pegawai negeri, selain itu tentu yang bisa dibuat adalah mengajak investor untuk membangun usaha dan menyediakan lapangan kerja. “Kalau pemerintah sediakan lapangan kerjanya yaa itu pegawai negeri yang dia buat adalah mengajak investor supaya datang membangun di sini, menyerap tenaga kerja di sini, masyarakat kita pendapatannya makin baik hidupnya lebih sejahtera tidak lagi ke Malaysia,” pungkasnya.
Pro kontra kehadiran investasi di Sumtim, khususnya investasi perkebunan tebu yang diikuti dengan pembangunan pabrik gula, tak bisa disangkali hingga kini masih terus bergulir di masyarakat. Pro kontra itu tak hanya sebatas dalam percakapan ataupun perbincangan di dunia nyata bahkan merambah dunia maya. Sebelumnya dalam sambutannya sebelum ceremonial peletakan batu pertama pembangunan pabrik gula PT. MSM juga menegaskan harapan dan sikapnya.
“Bayangkan satu hari untuk tahap pertama akan hasilkan gula 600 ton. Bagi seluruh Sumba itu berlebih-lebih. Dan untuk itu harus dibagi keluar, jadi nanti kapal yang bawa keluar akan diketahui bawa gula dari Pulau Sumba, gula dari Pulau terindah di dunia. Harus ada atau jadi kebanggaan bersama. Jadi kalau ada orang dari luar pulau Sumba, misalnya dari Pulau Timor atau Flores yang merasa itu itu wajar, kalau orang Sumba sendiri yang merasa iri, itu saya merasa aneh,” papar Lebu Raya.
Masih kata Lebu Raya, masyarakat jangan mudah termakan oleh informasi dari pada oknum-oknum tertentu. “Adanya oknum yang sok-sok bela masyarakat mungkin terlalu merantau lama. Pada dasarnya tidak ada pemerintah yang inginkan rakyatnya sengsara, yakinlah pemerintah tidak mungkin untuk menyengsarakan rakyat. Jadi kita harus dukung dan jadikan ini sebagai kebanggaan bersama. Jangan kalau sudah ada usaha atau dimanfaatkan begini baru mulai mengaku ini tanah milik ini dan itu, padahal sebelumnya kalau ditagih pajak tidak ada yang mengaku,” tandasnya.(ion)