Waingapu.Com – Perbedaan bukanlah untuk memecah belah bahkan sebaliknya harus dipandang sebagai kekayaan dan potensi. Perbedaan jugalah yang menjadi pondasi sebuah sistem dan proses demokrasi ada dan dijalankan. Demikian intisari pendapat yang dirangkum media ini dari Domu Warandoy selaku Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Kesatuna Bangsa dan Politik Kabupaten Sumba Timur (Sumtim) NTT. Pandangan senada juga diungkapan oleh Naftali Djoru, mantan Sekretaris Umum (Sekum) Sinode Gereja Kristen Sumba (GKS) dan juga sesepuh Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) di Sumtim.
“Sebagai pelaksana tugas kepala Kesabangpol tentunya saya berharap hal-hal yang berkaitan dengan kejahatan Pemilu harus dihindari seperti money politic, kampanye hitam, intimidasi satu dengan yang lainnya. Hal-hal yang berpotensi menimbulkan konflik pada saat persiapan maupun pelaksanaan hingga selesai proses Pileg dan Pilpres mendatang harus kita hindari dan saling menghormati perbedaan pilihan. Karena sejatinya kita semua bersaudara,”paparnya kala ditemui di ruang kerjanya, Rabu (13/02) siang kemarin.
Harapan untuk menghormati perbedaan pilihan politik dalam semangat demokrasi, sehubungan dengan pelaksanan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) serta Pemilihan Legislatif (Pileg), senada di jabarkan oleh Naftali Djoru. Ditemui di kediamannya, Kamis (14/02) siang lalu, Naftali menegaskan, perbedaanlah yang menjadi alasan adanya sistem demokrasi.
“Untuk para peserta Pileg dan juga tim-tim pemenangan dalam Pilpres untuk membangun kultur demokrasi yang positif dan mendidik. Sehingga masyarakat kita jangan terlalu dilarutkan dalam pola-pola demokrasi yang transaksional. Karena yang transaksional itulah yang kemudian melahirkan persoalan,” tandas Naftali.
Momentum Pileg maupun Pilpres, lanjut Naftali, adalah sebuah tahapan untuk menuju terbentuknya masyarakat yang lebih dewasa dalam berdemokrasi. Karena itu kata dia, perbedaan jangan jadi pemecah belah yang mempertajam friksi-friksi politik itu sendiri.
“Kedamaian itu tetap yang paling penting, saling menghargai perbedaan yang ada. Karena hakekat bangsa kita ini dimulai dari perbedan. Perbedaan itu kekayaan kita dalam demokrasi, karena kalau tidak ada perbedaaan, hakekatnya demokrasi itu tidak perlu. Karena itu saling hargai dan hormati pilihan masing-masing mutlak bagi semua,” pungkasnya. (ion)