Waingapu.Com – Babi adalah salah satu ternak peliharaan utama bagi warga Sumba, NTT. Ternak ini merupakan salah satu elemen pendukung dalam sebuah prosesi adat
orang Sumba khususnya bahkan NTT pada umumnya. Upacara seperti kematian dan perkawinan, tentu terasa hambar jika tak ada babi yang di korbankan atau ditikam. Sayangnya, hingga kini warga di sejumlah wilayah di Sumba masih diliputi kecemasan seiring wabah penyakit yang menyerang ternak babi mereka.
Tunggu Tubuk (57) seorang tokoh masyarakat Kampung Bundu Wuya, dusun La Jarik, Desa Mehang Mata, Kecamatan Paberiwai, Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), menuturkan lara hatinya karena puluhan ekor babi miliknya dan keluarganya mati.
“Saya punya babi dari yang masih enam bulan hingga mau tiga tahun mati Pak. Pokoknya ini tahun saya punya babi denga saya punya keluarga disini sudah 26 ekor yang mati. Ini tinggal berapa ekor saja yang tersisa,” urai Tunggu, kala ditemui di kediamannya beberapa hari lalu.
Ditanya perihal adanya tidaknya penyuluh peternakan atau petugas lainnya dari Dinas Peternakan Sumtim yang melakukan pendataan, penyuluhan bahkan pengobatan? Tak menunggu lama, Tunggu spontan menyatakan, ”Tidak pernah ada Pak!”
Warga Kelurahan Kambaniru, Kecamatan Kambera juga mengeluhkan hal serupa. “Beberapa hari lalu, dua ekor babi saya mati. Semua yang mati dalam dua bulan ini sudah empat ekor. Pernah dulu ada petugas yang datang beri vaksin, tapi mungkin sudah nasib jelek jadi tetap saja ada yang mati. Ini sekarang sisa dua ekor,” jelas Mama Evan yang ditemui beberapa hari lalu, kala sedang mengurus bangkai babinya untuk dikuburkan.(ion)