Waingapu.Com – Sejumlah wilayah di Indonesia kini dilanda problema melambungnya harga garam. Melambungnya harga garam itu dipicu oleh minimnya pasokan pabrik garam juga hasil garam dari para petani garam, sebagai dampak dari menurunnya produksi imbas dari cuaca buruk. Di Sumba Timur, walau harga garam di pasaran masih tergolong stabil, para petani garam memilih untuk menghentikan produksinya.
Di Kanjonga, Kelurahan Watumbaka, Kecamatan Pandawai, puluhan petani garam memilih untuk berhenti berproduksi karena cuaca yang kurang bersahabat. Selasa (25/07) siang kemarin lokasi tambak dan sentra produksi garam nampak sepi dari aktifitas.
Nampak hanya beberapa petani garam yang mengais tanah di sisi hutan bakau yang nantinya akan ditumpuk . Aktifitas ini harus dilakukan ekstra, karena melawan hempasan angin kencang berdebu.
“Angin kencang begini dengan air masih konda jadi kami tidak masak garam dulu. Jadi sekarang kami memang stok garam tidak ada lagi,” jelas Dominggus Taopan (48) seorang petani garam tradisional yang ditemui.
Lebih lanjuut dijelaskan Taopan, harga garam sekarang memang naik, jika sebelumnya Rp. 80 Ribu-Rp. 100 Ribu perkarung (kapasitas 50 Kg), kini telah mencapai Rp. 140 ribu perkarung.
“Harga memang naik, tapi sama saja kita sulit masak sekarang karena masih angin dan air konda. Juga harga kayu bakar ikut naik, satu ret enam ratus ribu, itu hanya bisa untuk empat kali masak,” jelas Kalikit Palulu (45) soerang petani garam lainnya.
Para petani hanya bisa berharap cuaca lebih kondusif dalam beberapa hari kedepan, agar mereka bisa kembali berproduksi.(ion)