Waingapu.Com – Paulu Ana Manang, salah satu Koordinator Lapangan (Korlap) aksi demonstrasi menolak inventasi PT. Muria Sumba Manis (MSM), Rabu (13/12) siang kemarin menegaskan bahwa tidak semua marga berani untuk menyuarakan aspirasi ataupun tuntutannya. Hal itu ditegaskannya kala menjawab pertanyaan wartawan seputar asal marga dan wilayah massa yang melakukan aksi saat itu.
“Kalau yang hari ini hadir adalah yang berani tampil. Ada duabelas marga yang terlibat dan ada utusannya hari ini. Banyak marga yang tidak berani tampil hari ini. Dan dari dua belas marga yang hadir kali ini saja ada diantaranya yang juga tidak berani tampil,” tandas Paulus yang kala itu didampingi oleh Hendrik Landuparanggi dan Lili Kondamara, dua penggerak aksi lainnya.
Lebih lanjut dijelaskan Paulus, dirinya merasa berkewajiban untuk menyuarakan aspirasi dan tuntutan warga karena terkait statusnya sebagai ‘Ratu’ atau pelindung Kabihu-Kabihu (marga-marga) terkait.
“Kami tidak puas atas tindakan oknum-oknum yang mengambil dan menyerahkan hak kami, yang ingin menghidupkan kembali swapraja hanya sekedar untuk menguasai lahan-lahan warga dan marga-marga di Umalulu dan Rindi. Padahal sebenarnya swapraja itu sudah dihapus sejak lama. Kami yang mewakili masyarakat khususnya saya yang dari golongan Ratu di sana dari Watu Waya berhak melindungi marga-marga yang lain di Umalulu dan Rindi,“ urai Paulus.
Tak hanya sampai disini, Paulus dan warga lainnya yang ditemui saat itu menegaskan sikap mereka untuk memperjuangkan tuntutan dan aspirasi mereka hingga titik darah terakhir. “Kami akan berjuang untuk memperjuangkan hak kami hingga titik darah penghabisan karena itu adalah bisikan leluhur kami. Jika tidak didengar dan diabaikan kami akan blokir PT. MSM dan aktifitasnya.
Informasi yang terhimpun dari lokasi demo dengan titik akhir di Gedung DPRD Sumtim itu menyebutkan warga dan asal marga yang terlibat dalam aksi demo simpatik itu diantaranya berasal dari marga Watu Waya, Ana Mburung, Marapeti, Wiki, Wanga, Lamuru dan Muru Uma.(ion)