Waingapu.Com – ‘Karandi watar la pingi ai’ atau menyimpan jagung di atas pohon, adalah cara menyimpan bibit dan persediaan jagung yang masih bisa ditemui di
sejumlah wilayah di Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), NTT. Cara menyimpannya adalah dengan cara melilitkan rangkaian (karandi) ratusan bulir jagung mengikuti batang pohon yang digunakan.
Tidaklah heran jika disejumlah desa di Sumtim, tampilan unik tersaji, seperti pohon kelapa dan lontar serta jenis pohon lainnya, justru hanya nampak daun dan ranting kecilnya, karena batang utama/batang besar pohon digunakan untuk mengikat rangkaian jagung yang nampak menutup batang pohon.
Cara itu diakui warga merupakan warisan nenek moyang. Dengan cara ini jagung hasil panen diyakini bisa lebih awet, tidak cepat membusuk dan terhindar dari serangan tikus maupun bencana kebakaran. Tak hanya itu, tradisi ini juga menyiratkan makna penghargaan atas pangan hasil panen yang diperoleh dengan susah payah.
“Ini memang cara yang dari dulu kita punya nenek moyang, jadi turun-temurun sudah seperti ini. Kalau simpan begini jagung tahan lama, tidak muda busuk. Juga kalau ada kebakaran rumah atau kampung misalnya, masih ada sisa jagung yang selamat. Kalau sudah mau musim tanam baru kita kasih turun, juga kalau memang jagung atau beras habis betul di dapur baru kita ambil kasih turun,” jelas Antonius Renggi Jamur (42), warga desa Lai Ndeha, Kecamatan Pandawai, yang ditemui wartawan pekan silam.
Untuk membuktikan daya tahan jagung yang disimpan dengan cara unik itu, Renggi memanjat pohon dan menunjukan bulir jagung, dan membandingkan dengan jagung lainnya yang disimpannya didalam dapur dan loteng rumahnya.
“Ini jagung yang dari pohon memang tidak terlalu besar, ini jagung asli Sumba, kalau jagung yang bubuk ini, ini jagung hibrida. Jagung hibrida mau simpan di loteng atau di karandi dipohon sama saja, cepat busuk, jadi biar bagaimana kami tetap usaha tanam jagung asli,” imbuh Renggi.
Pemandangan unik dan penjelasan senada juga akan dapat ditemui dan disuarakan disejumlah desa lainnya. Seperti halnya di desa Kataka, Kecamatan Kahaungu Eti, Desa Maubokul di Kecamatan Pandawai, juga di desa Mondu dan Desa Rambangaru, Kecamatan Haharu.
Jika mendiang Broery Marantika dengan merdunya lantunkan syair ‘Buah semangka berdaun sirih’, di Sumtim, anda bisa melihat pohon kelapa atau lontar berbatangkan dan berbuahkan jagung, wowww.(ion)