Waingapu.Com – Gencarnya vaksinasi yang dilaksanakan pemerintah juga sejumlah elemen di masyarakat untuk meminalkan potensi penyebaran Covid-19, harus diperhadapkan masih adanya warga yang belum sepenuhnya paham manfaat vaksin. Tak hanya itu, ada warga yang belum sepenuhnya tahu tentang gejala ikutan pasca vaksin. Selain itu, informasi tentang dampak negatif pasca vaksinasi justru terus berhembus dan menyebar dari mulut ke mulut, yang mana tentunya kian menyuburkan rasa enggan warga untuk divaksin. Di Desa Napu, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, masih ditemui warga diperhadapkan pada realita itu.
“Kami di desa ini belum pernah sama sekali dapat sosialisasi tentang vaksin dari petugas kesehatan, baik manfaat juga dampak efek sampingnya setelah divaksin. Itu jadi lebih banyak warga di sini yang justru takut untuk divaksin. Warga jadi makin takut karena berkembang isu bahwa ada orang setelah vaksin besoknya sakit sampai meninggal,” jelas Rambu May Ata Ruru, warga desa Napu dan juga Kader Posyandu itu.
Rambu May menuturkan harapannya agar ke depan tenaga kesehatan bisa memberikan sosialisasi terlebih dahulu pada warga.
“Awalnya warga antusias, jadi waktu vaksin pertama sekitar dua bulan lalu banyak warga yang datang untuk divaksin. Tapi ternyata hanya bisa dilayani lima puluh lebih orang saja, itu juga hanya periksa saja, test darah dan langsung divaksin petugas. Pulang dari vaksin ada warga yang alami efek samping seperti demam sampai tiga hari, informasi sakitnya warga itu tersebar dan buat warga semakin takut, jadi waktu vaksin gelombang berikutnya yang ikut lagi hanya dua puluhan orang,” paparnya kala ditemui di kediamannya.
Hapu Hunggu Andung, warga lainnya yang ditemui juga menuturkan hal senada. Ketakutannya bersama warga lainnya untuk divaksin kian menjadi pasca mendapatksan informasi adanya warga di Kabupaten Sumba Tengah, yang meninggal dunia pasca divaksin. Penjelasannnya kian menguatkan sinyalemen bahwasanya informasi seputar manfaat vaksin ‘kalah cepat’ dibandingkan dengan kabar burung yang menyatakan vaksin berbahaya dan bahkan mengakibatkan kematian.
“Pernah dengar juga tentang vaksin tapi kami tidak tahu kalau ikut nanti kita bagaimana? Jadi waktu itu ada vaksin di desa saya ikut ke sana tapi kemudian keluar kembali karena takut, apalagi ada yang bilang di Sumba Tengah ada orang yang meninggal habis vaksin, walau bilangnya karena ada penyakit dalam. Daripada seperti itu lebih baik saya tidak ikut saja, apalagi saya ada sedikit sakit gula,” ungkap Hapu.
“Saya sakit dua minggu setelah vaksin. Demam menggigil dan keringat dingin, satu jam deman baru berhenti, begitu terus selama dua minggu. Karena lihat itu, ada tetangga dan keluarga yang jadinya takut untuk divaksin. Sekarang memang saya sudah segar, tapi itu tadi, warga belum semua tahu efek samping vaksin, jadi perlu untuk dijelaskan nanti oleh petugas sebelum laksanakan vaksin,” ungkap Umbu Herung Madjangga, warga Kampung Napu lainnya pada awak media.
Kepala Desa Napu, Hendrik Hamba Pulu yang ditemui di balai desa mengakui masih banyak warganya yang belum divaksin. Selain juga belum sepenuhnya paham manfaat vaksin dalam memutus mata rantai sebaran Covid-19.
“Selama ini kami dari Pemdes semampunya berikan pemahaman pada warga bahwa vaksin ini program pemerintah. Dan program pemerintah sejatinya tidak mencelakakan warganya. Tapi yaa itu, kami diperhadapkan juga pada sikap warga yang enggan vaksin karena mendapatkan informasi dan isu-isu bahaya vaksin dan bahkan berakibat fatal, walaupun isu itu tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya,” tandas Hendrik.
Diuraikan Hendrik, wajib vaksin di desa Napu sebenarnya ada 687 orang namun yang baru 107 yang sudah divaksin untuk dosis pertama. Keengganan warga untuk ikut vaksinasi selain karena isu minor yang bergulir cepat dari mulut ke mulut, juga karena memang masih banyak warga yang berdomisili jauh dari lokasi layanan publik baik Balai Desa juga Fasilitas Kesehatan.
“Pemahaman terkait kesehatan secara umum masih kurang di masyarakat, apalagi tentang vaksin Covid-19 ini. Selain itu memang masih banyak warga yang aksesnya ke kantor desa ini saja jauh apalagi ke fasilitas kesehatan,” jelas Hendrik seraya menaruh harapan agar nantinya jadwal pelaksanaan vaksin berikutnya tidak mendadak dan juga disertai dengan petugas yang bisa memberikan sosialisasi tentang manfaat vaksin, juga efek atau gejala ikutan setelah vaksin dan tentunya cara penanganannya. (ion)